Kroasia Siap Menghadapi Portugal

Kroasia Siap Menghadapi Portugal

Kroasia Siap Menghadapi Portugal LENS – Ivan Rakitic masih ingat cerita itu. Cerita di mana dia mulai mengidolakan sosok Davor Suker. Cerita ketika Suker mampu memimpin timnas Kroasia yang untuk pertama kalinya menembus di babak semifinal Piala Dunia. Vatreni – julukan Kroasia – akhirnya finish di peringkat ketiga. Itu prestasi yang terbaik Kroasia selama terjun di major tournament. Tahukah di mana cerita tersebut terjadi? Di Prancis, negara yamg jauhnya 1082 kilometer barat laut jauhnya dari Kroasia. Dan sekarang, setelah 18 tahun berlalu dari nostalgia indah negara di Balkan itu, asa yang sama dibebankan kepada Rakitic. Seperti Suker di era 1998, Rakitic juga menjadi pemain pemimpin Kroasia di Euro 2016 ini. Apalagi, bersama Rakitic timnas Kroasia di fase knockout ini langsung melejit di top five bursa taruhan juara Euro 2016 dengan koefisien 10 versi William Hill. Nah, dini hari nanti WIB misi Rakitic menjaga cerita nostalgia 4 juta jiwa penduduk Kroasia tersebut akan mendapat ujian dari Portugal saat babak 16 Besar di Stade Bollaert-Delelis, Lens, dini hari nanti WIB. ''Kami tidak akan biarkan Portugal merampas kegembiraan kami,'' sebut Rakitic, dalam sebuah wawancara eksklusif dengan salah satu media Kroasia yang bernama Blic usai sesi latihan di Deauville, kemarin WIB (24/6). Rakitic mengungkapkan demikian, karena selama ini Portugal selalu memberikan mimpi buruk bagi negaranya. Dari tiga kali pertemuan, tidak sekalipun Kroasia mampu mengalahkan Portugal. Bahkan, hasil seri saja sulit. Termasuk dalam fase grup Euro 1996 di Nottingham, Inggris. Kala itu, Kroasia terkapar tiga gol tanpa balas atas Portugal. ''Di pertemuan kali ini kami butuh seribu persen motivasi untuk bisa mengalahkan mereka,'' kata gelandang Real Madrid tersebut. Bagaimana caranya? ''Setiap bola harus kami matikan, dan resep yang tepat seperti saat mampu mengalahkan Spanyol (di laga terakhir fase grup) harus kami ulangi. Karena kami sadari lawan kami di laga ini tidak mudah, ada pemain terbaik seperti Ronaldo. Tapi tenang saja, kami akan berusaha supaya dia tidak bisa apa-apa,'' tutur Rakitic. Secara karakteristik permainan, Spanyol dan Portugal sama-sama bertumpu dengan penguasaan bola. Nah, inilah skenario yang bisa dijalankan Ante Cacic untuk mengalahkan Seleccao das Quinas – julukan Portugal. Skema counter attack cepat bisa kembali dilancarkan Darijo Srna dkk. Apalagi, jika Luka Modric bisa kembali dimainkan pasca terkena cedera kunci paha pekan lalu. Dokter tim Kroasia menyebut Modric sudah siap untuk laga ini. Kembalinya Modric maka akan jadi sinyal bahwa transisi bertahan menyerang Kroasia bakal lebih dahsyat. Saat mengalahkan Spanyol, Marko Rog yang bermain sebagai double pivot bersama Milan Badelj. Rog lebih berkarakter bertahan, sedangkan Modric kerap naik. Selain comeback-nya Modric, Kroasia yang berperingkat 27 FIFA itu juga dapat diperkuat lagi oleh Domagoj Vida setelah akumulasi kartu. ''Kami tetap percaya dengan kualitas dan kolektivitas dari permainan kami, dan itu yang harus kami tunjukkan,'' ucap Cacic dikutip dari Four Four Two. Berkaca dari tiga laga fase grup D, Kroasia akan lebih mengerikan jika kalah penguasaan bola. Dengan penguasaan bola kurang dari 36 persen, Kroasia bisa menyerang balik. Di sinilah bakal menjadi persoalan baru bagi Kroasia. Sebab, tim ini tidak punya defense yang kokoh. Buktinya, sejauh ini gawang Danijel Subasic tidak mampu cleansheet. Ingat, Portugal dari sisi agresivitasnya jauh lebih ganas dari Spanyol. Cristiano Ronaldo dkk total dalam tiga laga fase grup sudah melepaskan 69 kali tembakan, atau per laga bisa 33 kali tembakan. Kuncinya, Vedran Corluka yang biasanya ikut membantu serangan kini harus lebih fokus di belakang. Tanpa Corluka, tidak ada bek yang punya rasio sukses duel udara di atas 70 persen. Sementara, Portugal kerap mengawali gol-golnya dari bola-bola crossing. ''Itulah tantangan bagi kami, dan kami siap untuk itu,'' klaim Cacic. Waspada bagi Cacic, waspada pula bagi Fernando Santos. Karena, ada fakta negatif di balik menggilanya serangan semifinalis Euro 2012 itu. Di statistik UEFA, Portugal ditulis mampu membuang hingga 41 persen peluang di depan gawang. Makanya, menghadapi lawan-lawan yang kualitasnya jauh di bawahnya mereka tidak mampu menuai satu pun kemenangan. Tiga laga, tiga kali imbang, dan mencetak 4 gol! Tidak sepadan dengan hujan tembakannya di Euro 2016 ini. Peringatan ini berlaku bagi Ronaldo. Itu karena 44 persen tembakan itu dilakukan oleh pemain berinisial CR7 itu. Ronaldo pun cukup merepresentasikan buruknya serangan Portugal selama fase grup kemarin. Dengan 30 kali tembakan, hanya 10 di antaranya yang tepat sasaran. Hanya, Nani sebagaimana dikutip dari First Post menyebut Ronaldo kembali mencetak gol lagi. Bahkan bisa dua gol seperti yang dilakukannya ke gawang Gabor Kiraly (gawang Hungaria). ''Ronaldo pasti akan membungkam kalian dengan gol-golnya,'' kata Nani. Nani menjadi duet Ronaldo dalam tiga laga fase grup. Sama seperti Ronaldo, Nani juga masih mencetak dua gol. Diwawancarai L'Equipe, Santos menegaskan dirinya tetap mengaplikasikan skema 4-4-2. Santos tidak peduli dengan adanya celah di sisi sayap kanan defense Kroasia. Di posisi ini ada Corluka dan Srna yang kerap naik ke depan. Sebaliknya, mantan pelatih Yunani itu percaya jika Ronaldo lebih baik bermain sebagai striker dalam skema 4-4-2. Bukan lagi 4-3-3 seperti yang sebelum Euro ini pernah diterapkan Santos. ''Yang ada dia (Ronaldo) tidak akan berkembang jika kami mainkan dalam formasi 4-3-3. Sama sekali tidak ada dalam bayangan kami,'' beber pelatih yang sudah mencatat persentase menang 59,09 sejak melatih Portugal 2014 silam itu. Santos sengaja memberikan keleluasaan Ronaldo untuk bermain. ''Karena, begitu dia diberikan space lebih banyak dan kebebasan bergerak, maka dia mampu menyerang dan menghancurkan defense lawan. Saya tahu karakteristik permainannya,'' tegasnya. Laga nanti akan menjadi laga ke-32 Portugal di Euro, terbanyak di antara semua kontestan Euro kali ini. (ren/dns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: