Gagal Raih Trofi, Mending Angkat Kaki

Gagal Raih Trofi, Mending Angkat Kaki

Gagal Raih Trofi, Mending Angkat Kaki Di mata legenda Argentina, Diego Maradona, Argentina yang sekarang ini sudah sangat layak untuk mengakhiri dahaga trofi turnamen mayor sejak Copa America yang berlangsung di Ekuador, 23 tahun yang lalu atau 1993 silam. Sebab, selain lima kemenangan beruntun, performa kapten sekaligus penyerang Argentina Lionel Messi saat ini tengah berada di puncak. Lima gol yang sudah dikoleksi tidak hanya membuat pemain yang genap berusia 29 tahun kemarin (24/6) tersebut menjadi topscorer Copa America kedua setelah bomber Cile Eduardo Vargas (6 gol). Messi juga menorehkan rekor lain. Yakni sebagai top assist sepanjang masa Copa America (11 assist) dan pemain tersubur di Argentina dengan catatan 55 gol dari 112 caps sejak 2005. ”Jadi, tentu saja aku sangat yakin mereka bakal menang,” ucap Maradona dalam wawancaranya dengan C5N. Maradona melanjutkan, akan menjadi hal yang sangat memalukan jika pasukan Gerardo ”Tata” Martino tersebut sampai membukukan hattrick runner up sejak Piala Dunia Brasil 2014. ”Sebaiknya kalian jangan pernah kembali ke Argentina,” kecam pria 55 tahun tersebut. Dalam kesempatan tersebut, Maradona juga menyinggung tentang laga paling menakjubkan, sekaligus kontroversial. Yakni perempat final Piala Dunia Meksiko 1986, ketika Argentina bentrok dengan Inggris. Laga itu terjadi tepat Rabu kemarin (22/6), 30 tahun lalu. Disebut paling menakjubkan nan kontroversial karena Maradona tidak hanya mencetak gol pertama di menit 51 lewat tangan, sehingga lahir istilah Gol Tangan Tuhan. Namun juga momen dimana Maradona melakukan aksi solo run menakjubkan dari jarak sekitar 65 meter, melewati lima pemain, sebelum kemudian menyorongkan gol kedua empat menit berselang. Argentina pun mengangkat trofi kedua setelah menang 3-2 atas Jerman Barat di pertandingan final. Maradona menjelaskan, gol itu menjadi pembalasan atas kekalahan Argentina di Perang Falkland yang terjadi empat tahun sebelumnya, atau 2 April sampai 14 Juni 1982. ”Setelah laga, kami merayakannya sambil menangis,” kenang Maradona. ”Sebab, aku merasa telah melaksanakan keadilan. Tepatnya bagi ibu yang kehilangan anaknya di Falkland,” lanjut legenda Napoli yang terakhir kali membesut klub Dubai, Al-Wasl, 2012 lalu. (apu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: