Lionel Messi Terbaik atau Tidak, Tergantung Final

Lionel Messi Terbaik atau Tidak, Tergantung Final

Lionel Messi Terbaik atau Tidak, Tergantung Final HOUSTON – Sejak 2014, Argentina telah dua kali merasakan dua partai puncak. Yakni Piala Dunia Brasil dan Copa America Cile 2015. Dua kali pula mereka harus menangis karena harus menelan kekalahan. Nah, Argentina kini kembali mendapat asa untuk meraih trofi pada edisi Centenario ini setelah mereka menekuk tuan rumah Amerika Serikat 4-0 di NRG Stadium kemarin (22/6). Gol-gol Argentina dicetak oleh Gonzalo Higuain (50, 86), tendangan bebas Lionel Messi (32), dan Ezequiel Lavezzi ketika pertandingan baru berjalan tiga menit. Dibandingkan dua final sebelumnya, fans Argentina bisa lebih percaya diri mengatakan bahwa tim besutan Gerardo Martino itu berpeluang besar untuk mengakhiri dahaga trofi Copa America sejak 23 tahun lalu. Performa tim berjuluk La Albiceleste yang begitu stabil melawan Amerika menjadi alasan fans bisa berharap besar. Tidak hanya serangan mereka yang begitu ganas dengan mampu mengonversi empat gol dari delapan shot on goal, pertahanan yang digalang oleh Nicolas Otamendi-Ramiro Funes Mori itu pun sukses membuat penyerang tuan rumah seperti Clint Dempsey, Gyasi Zardes, maupun Chris Wondolowski mati kutu. Ketiganya tidak berhasil membuat satu tembakan pun sehingga Opta Javier mencatat Argentina menjadi satu-satunya tim yang mampu mencetak cleansheet tembakan sepanjang tiga edisi Copa America terakhir. Namun, harus diakui, performa brilian kapten Lionel Messi-lah yang menjadi cerita utama di turnamen yang telah memasuki usia seabad ini. Sebab, sejak Messi turun sebagai pengganti kontra Panama (11/6), Messi telah memberikan kontribusi krusial terhadap sepak terjang Argentina hingga mengunci kursi final (selengkapnya lihat grafis). Penyerang 28 tahun berjuluk La Pulga itu berperan atas sembilan gol Argentina dengan torehan lima gol dan empat assist. Statistik yang tidak hanya membuat Messi mengukuhkan diri sebagai top assist Copa America sepanjang masa (13 assist). Namun juga menempatkannya sebagai striker legendaris Argentina karena menggeser rekor Gabriel Batistuta. Saat ini, Messi telah mencetak 55 gol dari 112 caps. ”Sangat menyenangkan melihatnya melewati rekor Batistuta,” ujar Martino kepada EFE. ”Pemain terbaik dunia memang seharusnya menjadi pimpinan pencetak gol Argentina,” lanjut pelatih kelahiran Rosario, 53 tahun lalu itu. Messi sendiri dengan merendah berujar, rekor tersebut tidak akan bisa tercapai jika tidak mendapat sokongan dari rekan setimnya. ”Karena itu, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim. Rekor ini adalah rekor mereka juga,” kata ayah dari Thiago dan Mateo itu kepada La Nacion. Terpisah, Martino mencoba untuk meredam ekspektasi berlebihan publik meski Tango, sebutan lain Argentina, memang tengah menikmati permainan terbaiknya dalam enam tahun terakhir. Eks entrenador Barcelona itu memaparkan, dia begitu senang dengan alur permainan, maupun respon tim ketika mendapat serangan. ”Namun, status kami sebagai terbaik atau tidak baru diketahui Minggu nanti (Senin pagi),” kata Tata, panggilan akrab Martino, sebagaimana dilansir EFE. ”Penampilan kami hari ini (kemarin) menjadi tolok ukur apa yang harus kami siapkan di final nanti,” lanjutnya. Melawan pemenang antara Cile dan Kolombia pagi tadi, kekuatan Argentina terancam pincang karena para pemainnya mengalami cedera. Striker Ezequiel Lavezzi menderita cedera patah bahu karena menabrak papan iklan di tepi lapangan. Gelandang Augusto Fernandez mengalami masalah di hamstring-nya. Sementara fullback kiri Marcos Rojo harus ditarik keluar menit 84 karena cedera otot paha. Argentina mengeluarkan pernyataan resmi bahwa Fernandez kemungkinan tidak akan bermain di final. ”Namun, penyembuhan Rojo maupun Lavezzi masih menunggu waktu,” demikian statement Argentina, seperti dilansir The Guardian. Terpisah, head coach Amerika, Juergen Klinsmann, mengeluhkan The Yanks, julukan Amerika, yang dinilai bermain terlalu lembut, serta terkesan gentar dengan nama besar Argentina. ”Karena itu, ketika skor 1-0, aku sudah mencoba berteriak kepada pemain agar mencoba bermain lebih keras, lebih ketat, dan hentikan mereka dengan segala cara,” tutur pelatih berkebangsaan Jerman tersebut kepada AFP. (apu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: