Brasil vs Ekuador, Andalkan Pemain Muda dan Kebersamaan

Brasil vs Ekuador, Andalkan Pemain Muda dan Kebersamaan

Brasil vs Ekuador, Andalkan Pemain Muda dan Kebersamaan PASADENA – Melihat rekor pertemuan Brasil dengan Ekuador dalam 29 pertandingan terakhir sejak 31 Januari 1942, Brasil begitu perkasa dengan 24 kemenangan, dan hanya dua kali kekalahan. Apalagi, kekalahan terakhir yang Brasil derita terjadi 12 tahun lalu, atau 17 November 2004. Karena itu, ketika mereka kembali bertemu pada laga perdana Grup B di Rose Bowl besok pagi (siaran langsung Kompas TV pukul 09.00 WIB), diatas kertas seharusnya pasukan Carlos Dunga tersebut bisa kembali mengulangi dominasi. Namun, keperkasaan tersebut bakal sulit terjadi. Itu jika melihat Seleccao, julukan Brasil, yang tidak diperkuat enam pemain utamanya. Mereka adalah striker Ricardo Oliveira (cedera lutut), Douglas Costa (cedera paha), Kaka, Rafinha, dan kiper Ederson yang sama-sama mengalami tarikan di ototnya, serta Luiz Gustavo yang pergi karena masalah internal. Ini ditambah sudah pasti absennya kapten tim Neymar karena tidak mendapat ijin turun dari Barcelona, dan keraguan yang menerpa lini belakang setelah bek Inter Milan, Joao Miranda, karena mengalami sedikit nyeri di telapak kakinya pada sesi latihan Rabu (1/6). ”Aku tentu ingin Neymar berada disini. Namun, kami masihlah tim unggulan,” ujar Dunga dengan percaya diri seperti dilansir Four Four Two. Kapten Brasil saat menjadi kampiun Piala Dunia 1994 itu menjelaskan, dia masih optimis Brasil dapat menundukkan Ekuador karena adanya faktor para pemain yang dipanggil sebagai pengganti. Diantaranya ada gelandang Chelsea Willian, pemain enerjik yang membantu Liverpool merasakan final Europa League Philippe Coutinho, serta pilar yang sudah merasakan sepuluh trofi bersama Paris Saint-Germain, Lucas Moura. Ketiganya pun bisa menjadi alternatif serangan dari jarak jauh jika saja Hulk kesulitan menembus pertahanan Ekuador. Selain itu, Dunga juga menambah amunisi muda dengan menyertakan gelandang Sao Paulo Ganso yang dapat bermain sebagai playmaker untuk mengisi plot Kaka, maupun bermain melebar untuk menyokong Willian dan Philippe Coutinho. Sepanjang musim ini, pemain 26 tahun yang kali terakhir membela Brasil pada Olimpiade London 2012 itu menorehkan 29 pertandingan dan mencetak tujuh gol dan lima assist. Kemudian terdapat nama debutan asal Gremio, Walace, yang mengisi tempat Gustavo. Meski baru berusia 21 tahun, Walace memiliki kemampuan bermain sebagai holding midfielder maupun ditarik lebih ke depan menjadi gelandang tengah. Kemampuan versatile ini membuat Dunga bisa memasangnya pada posisi yang mendukung filosofi permainan yang dibutuhkan Brasil ketika meladeni La Tricolor, sebutan Ekuador. ”Mereka memiliki kualitas di usia yang terbilang masih muda,” kata Dunga seperti dikutip Four Four Two. ”Ini adalah kesempatan yang bagus bagi para pemain muda itu untuk menunjukkan bahwa mereka layak berada di tim inti,” lanjut pelatih 52 tahun tersebut Ucapan Dunga itu diamini oleh Willian yang menambahkan bahwa sebagai tim mereka begitu solid karena faktor pemain senior-junior. Adanya para pemain veteran seperti Dani Alves, Filipe Luis, maupun bomber Benfica Jonas, dapat memberi keseimbangan sekaligus penagalaman bagi anak-anak muda seperti mereka. Skuad ini pun diharapkan bisa memberikan trofi kesembilan kepada Brasil sejak edisi 2007, setelah pada edisi 2011 dan 2015 mereka harus puas selalu finis di babak perempat final. ”Tidak ada pemain yang dapat melalui ini sendiri. Karena itu, kami harus bermain sebagai tim,” ujar Willian kepada ESPN. ”Bersama, kami bisa melangkah lebih jauh di turnamen ini,” tutur pemain 23 tahun tersebut. Terpisah, tidak ada kendala cedera yang menerpa Ekuador. Itu berarti mereka bisa berhadap kepada ledakan serangan dari dua pilar Premier League, winger Antonio Valencia (Manchester United), dan striker Enner Valencia (West Ham United). Meski begitu, arsitek Gustavo Quinteros sedikit gusar karena persiapan latihan mereka sedikit terganggu dengan kualitas lapangan yang mereka terima. ”Lapangan tergenang air pada Rabu lalu. Sehingga hal itu mengganggu apa yang sudah kami rencanakan,” keluh Quinteros kepada El Universo. ”FEF (Federasi Sepak Bola Ekuador) pun langsung mencari lapangan pengganti yang bisa disewa,” lanjut pelatih yang menangani Ekuador tahun lalu itu. (apu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: