San Siro Yang Menyimpan Kenangan
San Siro. Di stadion berbintang empat standar UEFA ini, berkelebatan baris demi baris kenangan baik di kubu Atletico Madrid, maupun para penggawa Real Madrid jelang laga final Liga Champions. Bagi entrenador Atletico Diego Simeone, stadion yang sudah berusia 90 tahun terasa begitu dekat dengannya. Wajar saja. Sebab, dua diantara 18 musim karir profesionalnya dihabiskan bersama Inter Milan. Pelatih yang semasa aktif bermain sebagai gelandang bertahan itu memperkuat Nerazzuri, sebutan Inter, periode 1997-1999. Mengoleksi 85 pertandingan dan 14 gol, Simeone membantu Inter merebut Piala UEFA (sekarang Europa League) pada musim 1997-1998 sebelum memutuskan hijrah ke Lazio hingga 2003, dan meraih empat trofi disana. Karena itu, pelatih 46 tahun asal Argentina itu begitu senang ketika laga final bakal digelar disana. ”Disanalah terdapat sepak bola yang murni,” cetus Simeone kepada Premium Sport. ”San Siro adalah stadion yang indah, dan aku sudah pernah bermain disana. Jadi aku paham betul bagaimana atmosfer yang tercipta disana,” lanjutnya. Simeone melanjutkan, dia dan eks rekan setimnya di Inter maupun timnas Argentina, Javier Zanetti, sering sekali berbincang via telepon. Kepada Zanetti yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden Inter, Simeone mengatakan bahwa dia berhasrat untuk melatih Inter suatu saat kelak. ”Aku mengatakan kepadanya (Zanetti) bahwa itu bakal menjadi itu menjadi tujuanku untuk kembali,” tuturnya. Selain Simeone, orang lain yang begitu mengenang akan sihir San Siro adalah winger Real Madrid, Gareth Bale, semasa masih menjadi pilar Tottenham Hotspur. 20 Oktober 2010, pada pekan ketiga laga fase grup Grup A, adalah memori paling menyenangkan Bale ketika bermain di stadion yang juga menjadi homebase AC Milan tersebut. Saat itu, Hotspur tertinggal empat gol sekaligus dari Javier Zanetti (2'), Samuel Eto'o (11 pen, 35'), dan Dejan Stankovic (14'). Bale pun menunjukkan sihirnya dengan tidak sekedar menorehkan hattrick di menit 52, 90, dan 91. Namun, dia juga dua kali melewati Maicon Sisenando, yang saat itu sedang berada di puncak kejayaannya. Meski saat itu, The Lilywhites, julukan Hotspur, harus kalah 3-4. ”Aku memiliki memori yang bagus di San Siro. Sebab, aku bermain begitu bagus disini,” ujar Bale kepada Vavel. ”Aku tidak tahu sejarah klub seperti apa. Namun, itu tidak penting jika melihat tensi final ini. Apa yang terjadi bakal terjadi,” jelasnya. (apu)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: