Racikan Terakhir Guardiola ?
Bayern Muenchen vs Atletico Madrid MUENCHEN- Josep Guardiola identik sepak bola menyerang dan ball possesion. Filosofi yang diadopsi dari sang mahaguru Johan Cruyff itu menghasilkan 14 tropi buat Barcelona dalam periode empat tahun saja. Hijrah ke tanah Jerman, ilmu Guardiola seperti lesap. Bayern memang mendominasi kancah domestik. Namun untuk level Eropa dalam hal ini Liga Champions? 'Hanya' semifinal. Padahal Guardiola didaratkan oleh tim Bavaria itu dengan harapan meneruskan sukses Jupp Heynckes meraih Si Kuping Besar 2012-2013 lalu. Tahun ini menjadi kesempatan terakhir pria asal Santpedor Spanyol itu. Menjelang second leg semifinal Liga Champions dini hari nanti (4/5) di Allianz Arena versus Atletico Madrid, Guardiola "dihantui" Heynckes. Bayern dalam kondisi terdesak menuju laga ini. Pasca kalah 0-1 di Vicente Calderon Kamis (28/4) lalu, Die Roten, julukan Bayern, harus menang dengan selisih dua gol. Philipp Lahm dkk seperti punya trauma melawan tim-tim Spanyol. Dua musim belakangan Bayern selalu tersisih oleh tim Spanyol di semifinal. Musim ini Atletico bisa jadi tim ketiga Spanyol yang mempecundangi Bayern. Nah, pada 2013-2014, Bayern dihentikan oleh Real Madrid. Main di Santiago Bernabeu, Bayern kalah 0-1. Kemudian di markas Bayern, Real menghancurkan Bayern 4-0. Yang bikin gondok, Real lalu menggenggam predikat La Decima atau gelar kesepuluh Liga Champions pada akhir musim tersebut. Setahun kemudian giliran Barcelona menghancurkan Bayern. Anak asuh Luis Enrique itu menjinakkan Bayern di semifinal dengan total agregat 5-3. Bayern kalah 0-3 di Camp Nou lalu membalas dengan kemenangan 3-2 di Allinz Arena. Usai mengalahkan Bayern, Barcelona pun kampiun musim itu. Dalam lima tahun terakhir partisipasi Bayern di fase knock out Liga Champions, hasil first leg sangat mempengaruhi hasil akhir. Hanya dua kali sejak 2010-2011, Bayern bisa comeback usai kalah di pertemuan perdana. Pertama babak 16 besar 2011-2012 ketika bertemu wakil Swiss, FC Basel. Bayern ditekuk 0-1 di first leg di laga away. Kemudian membalas dengan dengan pesta gol 7-0 di second leg di Allianz Arena. Kedua perempat final 2014-2015 saat bertemu FC Porto. Bayern yang digebuk 1-3 oleh Porto di kandang membalas dengan kemenangan 6-1 di Allianz Arena. Selain dua laga tersebut, Bayern selalu tersisih jika kalah di first leg. Masalahnya kancah Liga Champions yang sarat dengan tradisi dan sejarah ini, ada sisi yang berpihak kepada Bayern. Jadi, setelah empat tahun final Liga Champions dilangsungkan di Muenchen maka tim Jerman tampil sebagai juara. Misalnya musim 1978-1979 saat final dilakukan di Olympiastadion Muenchen. Maka tahun keempat pasca final di Muenchen, Hamburg keluar sebagai jawara Liga Champions. Siklus ini terjadi juga pada musim 1996-1997 serta 2000-2001. Pada 1996-1997 lalu Borussia Dortmund juara setelah final musim 1992-1993 digelar di Olympiastadion Muenchen. Kemudian musim 2000-2001, Bayern juara di San Siro setelah musim 1996-1997 final berlangusng di Olympiastadion Muenchen. Musim 2011-2012 lalu final berlangsung di Muenchen lagi. Empat musim kemudian, 2015-2016, akankah Si Kuping Besar milik tim Jerman ? Menarik dinanti apakah sejarah bersahabat atau bermusuhan dengan Bayern. Seperti diberitakan Marca kemarin (2/5) der trainer Bayern Guardiola mengakui jika penampilan di Vicente Calderon ada di bawah ekspetasinya. Semua pemain anjlok mentalnya pasca gol indah Saul Niguez di menit ke-11. "Sangat penting mempertahankan kami mendominasi lewat ball possession. Namun pemain kami pun harus berlari lebih sering jika kami ingin menyingkirkan Atletico," ujar Guardiola. Skuad Bayern menuju laga ini tinggal dua nama yang cedera. Yakni Arjen Robben dan Holger Badstuber. Bek Jerome Boateng sudah comeback Sabtu (30/4) lalu usai cedera otot tendon dan istirahat selama tiga bulan. Seperti biasa Guardiola masih meninggalkan teka-teki apakah Thomas Mueller kembali mengawali laga dari bangku cadangan. Di first leg, Mueller baru bermain di menit ke-70 menggantikan Thiago Alcantara. Masuknya Mueller memberikan cakrawala baru buat penyerangan Bayern. Meski tak ada gol yang dihasilkan, namun Mueller yang pandai membuka ruang membuat Arturo Vidal juga Douglas Costa melancarkan tembakan dari luar kotak penalti. Kerapatan dan kesolidan lini belakang Atletico tak perlu disangsikan. Musim ini di Liga Champions bersama Real Madrid, Los Rojiblancos, julukan Atletico, menjadi tim paling minim kebobolan. Mulai fase grup sampai first leg semifinal ini, Jan Oblak baru dijebol lima kali. Whoscored menunjukkan pada pertemuan pertama ruang tembak pemain Bayern dari sisi kanan-kiri benar-benar dibuntu. Tembakan Bayern dari kiri hanya lima persen. Sisi kanan 30 persen. Zona tembakan pemain Bayern di dalam kotak penalti juga disumbat. Hanya 35 persen tembakan pemain Bayern berasal dari area kotak penalti Atletico. Sedang 60 persen berasal dari luar kotak penalti. Atletico lebih bisa mengacak-acak pertahanan Bayern. Sebanyak 45 persen tembakan Atletico berasal dari dalam kotak penalti. Dan 'hanya' 45 persen di luar kotak penalti. Sementara itu, entrenador Atletico Diego Simeone sepertinya sudah nyaman dengan formalasi tekan duluan bunuh kemudian. Simeone akan membiarkan kalah dalam ball possession namun menghancurkan lawan dengan serangan balik. "Bermain di kandang Bayern kami akan menghadapi tekanan yang luar biasa besar dari lawan. Kami tak sekedar puas hasil imbang," ucap Simeone. "Kalau bisa mencetak gol, kenapa tidak kami lakukan," tambah Cholo, julukan Simeone. (dra)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: