Mantan Pemain Bintang Ramai-Ramai Beri Selamat
Kebangkitan Parma Setelah Ambruk Karena Bangkrut Masa-masa suram, bangkrut, dan terjungkal ke Serie D telah usai. Parma, yang pernah dua kali mengecap juara Piala UEFA akhirnya mulai bangkit usai menjuarai kompetisi kasta keempat Italia itu. STADION Ennio Tardini Parma, Italia bergemuruh usai wasit meniupkan peluit tanda laga Parma kontra Delta Calcio Rovigo telah usai Senin (18/4) lalu. Tifosi Parma yang memenuhi tribun penonton bersorak sorai kegirangan. Bagaimana tidak, selain unggul 2-1, Parma mengokohkan diri sebagai juara Serie D yang otomatis naik kasta ke Lega Pro musim depan. Kesuksesan tersebut tentu menjadi angin segar di kala krisis keuangan yang dialami I Gialloblu – julukan Parma- setahun terakhir. Mereka terpaksa terjun ke divisi keempat setelah bangkrut dan terpuruk ketika masih berlaga di Serie A musim 2014-2015. Saat itu, Alessandro Lucarelli dkk harus puas berada di dasar klasemen Serie A. ”Saya mengalami beberapa situasi emosional yang tidak terlukiskan hari ini,” tutur Lucarelli usai pertandingan dengan mata berkaca-kaca dilansir Gazzeta World. Ekspresi yang dia tunjukkan malam itu benar-benar membuat penonton trenyuh. Menjadi satu-satunya pemain yang bertahan di Parma, Lucarelli tahu betul sakitnya ditendang ke Serie D. Kemenangan Senin lalu menjadi titik balik sekaligus suntikan semangat bagi timnya untuk menatap Lega Pro musim depan. Kondisi Parma saat ini jauh lebih baik ketika masih bertarung memperebutkan juara Serie D. Dengan berapi-api, bek 38 tahun itu memastikan bahwa timnya telah bangkit. ”Kami berharap ini hanyalah awal dari sebuah perjalanan besar yang akan membawa kami kembali ke tempat semula kami berada Serie A,” kata Lucarelli. Tidak kalah girangnya, Presiden Parma Nevio Scala bahkan langsung bangkit dan mengepalkan tangan ke udara lantaran timnya berhasil promosi ke Lega Pro. Dia kemudian mengambil bendera Parma yang berwarna kuning-biru dan dikibar-kibarkan sebagai wujud rasa syukur. ”Mari kita nikmati kemenangan yang luar biasa ini,” ujar mantan pelatih Parma era 1990-an itu. ”Saya sangat berharap bisa melihat tim ini bersaing di liga top Italia dan kembali memproduksi pemain-pemain hebat seperti dulu,” imbuh Scala. Pada masa keemasannya di era 1990-an, Parma merupakan salah satu tim papan atas Italia yang ditakuti di daratan Eropa. Meski tidak pernah meraih scudetto, mereka sukses menjuarai Piala UEFA 1995 dan 1999, Piala Winners Eropa 1993, dan Piala Italia tiga kali, Sederet pemain bintang yang namanya meroket pada masa itu adalah Antonio Benarrivo, Faustino Asprilla, Dino Baggio, dan Roberto Nestor Sensini. Ada pula Hernan Crespo, Fabio Cannavaro, Juan Sebastian Veron, dan Gianluigi Buffon. Parma sempat dipimpin oleh pelatih-pelatih sekelas Claudio Ranieri, Carlo Ancelotti, dan Francesco Guidolin Nah, momen kebangkitan Parma kini tidak hanya dirasakan sendiri. Namun, juga oleh para mantan pemain mereka. Buffon langsung mengungkapkan kegembiraannya di akun Facebook setelah mengetahui Parma dipromosikan ke Lega Pro. ”Saya sayang Parma Calcio 1913, selamat datang di antara para profesional, kategori yang layak kalian dapatkan kembali. Saya tahu apa artinya jatuh, bangun lagi dan berjuang untuk mendapatkan kembali tempat yang layak,” tulis kiper yang kini berseragam Juventus itu. Akun Twitter Parma juga dibanjiri ucapan selamat oleh mantan penggawa mereka. ”Selamat Parma, kalian layak mendapatkannya. Semoga kembali ke Serie A,” cuit mantan gelandang asal Argentina Jorge Bolano. ”Selamat, kawanku Lucarelli. Dan selamat kepada tim, serta Tifosi,” cuit Massimo Gobi yang membela Parma pada 2010-2015. Juni tahun lalu, Parma terbelit krisis keuangan mencapai 200 juta Euro (Rp 2,9 trilyun) dan dinyatakan bangkrut. Performa tim juga ikut menurun tajam hingga akhirnya mereka berada di dasar klasemen Serie A. Mereka lantas terdepak dari liga kasta tertinggi Italia itu ke Serie D. (okt/acd)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: