Imbang di Penjaga Gawang

Imbang di Penjaga Gawang

SURABAYA – Kiprah gemilang ditunjukkan Semen Padang dan Mitra Kutai Kartanegara (Kukar) di Piala Jenderal Sudirman. Kedua klub tersebut berhasil melaju hingga ke partai final sama-sama berpredikat non-unggulan. Hebatnya, kedua tim yang telah bersua dua kali di penyisihan dan delapan besar itu mampu menyingkirkan beberapa tim unggulan. Sebut saja, Persipura Jayapura, Pusamania Borneo Football Club (PBFC), Persija Jakarta, PS TNI, dan Arema Cronus. Meski langkah moncer dua tim tersebut merupakan sumbangsih dari semua aspek (rekan setim, manajemen, dan supporter), peran penjaga gawang juga krusial. Kedua kiper dari dua tim, Jandia Eka Putra dan Shahar Ginanjar, memberikan performa hebat hingga babak semifinal rampung pada 16 dan 17 Januari. Tercatat, mereka berdua mampu menggagalkan lima eksekutor selama melakoni babak adu penalti. Selain itu, torehan kebobolan mereka dalam waktu normal juga serupa, yakni sembilan gol. Nah, pertemuan keduanya di partai final besok bisa jadi sebagai ajang pembuktian siapa yang terbaik. Terutama jikalau harus dihadapkan pada situasi adu penalty untuk menentukan pemenangnya. ’’Secara tim, mereka (Mitra Kukar) pasti tidak banyak berubah dari dua pertemuan sebelumnya. Namun, saya lebih memfokuskan persiapan untuk tim kami daripada tim lain,’’ ujar Jandia Eka Putra, kiper Semen Padang kepada Jawa Pos kemarin (22/1). Disinggung mengenai persiapan andai laga final besok kembali harus dilalui dengan adu penalti, pria 31 tahun tersebut mengaku tidak memiliki persiapan khusus. Jandia hanya memfokuskan untuk melatih respon di setiap agenda latihan. ’’Adu penalti, menurut saya, ditentukan dari ketajaman intuisi dan insting seorang kiper. Jadi, feeling saja yang berperan di sana. Kalau ingin ke kanan ya ke kanan, ke kiri ya ke kiri, harus mantap jangan ragu,’’ imbuh pemilik nomor punggung 21 tersebut. Senada dengan lawannya itu, Shahar Ginanjar juga menyatakan bahwa timnya tidak memiliki persiapan istimewa untuk adu penalti. Bahkan, pria asli Purwakarta tersebut lebih mengharapkan laga berakhir dalam waktu normal saja. ’’Pertandingan final hari Minggu (besok) pasti ketat. Tapi saya lebih suka bila pemenang sudah bisa ditentukan dalam 2x45 menit. Biar bebannya tidak terlalu berat,’’ tutur Shahar. Argument mantan penjaga gawang Persib Bandung tersebut merujuk kepada pertandingan leg kedua semifinal kontra Arema Cronus. Dalam laga yang dilakukan di Stadion Kanjuruhan tersebut, Shahar harus menghadapi adu penalti dalam tekanan puluhan ribu Aremania-sebutan pendukung Arema-yang membanjiri tiap jengkal stadion. (io)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: