Pembuktian dari Son

Pembuktian dari Son

Leicester 0 vs Tottenham 2 LEICESTER – Son Heung-min bukan turis Korea yang bermain di Premier League. Son layak dibayar mahal untuk bermain di kompetisi top Eropa itu bersama Tottenham Hotspur. Son membuktikannya di King Power Stadium, Leicester, Kamis dini hari kemarin WIB (21/1). Status sebagai striker termahal Asia di Premier League dengan angka transfer fee GBP 21 juta (Rp 412,7 miliar) dibalas Son dengan meloloskan The Lilywhites – julukan Spurs – ke putaran 4 Piala FA. Satu gol dan satu assists-nya jadi kunci lolosnya Spurs dari laga replay. Son mencetak gol dengan sepakan keras tepat di garis kotak penalty pada menit ke-40. Berselang 20 menit kemudian, through pass-nya mampu memanjakan Nacer Chadli yang mempecundangi Kasper Schmeichel untuk kedua kalinya. ’’Saya menendang dengan kaki terkuat saya (kaki kanan), sungguh ini sentuhan yang hebat,’’ ujar penyerang yang berusia 23 tahun tersebut dikutip dari situs resmi klub. Statistik menyebut, ini kali pertama Son memberi gol dan assists sekaligus dalam satu laga. Selain itu, laga tersebut juga mengakhiri paceklik sebulan Son dalam semua ajang. Sebelum gol kemarin, Son terakhir kali mencetak gol pada 28 Desember lalu ke gawang Watford City dalam Premier League. Total, Son baru mencetak lima gol dari 22 caps-nya bersama Spurs. Dilansir di Korean Times, Son tidak peduli dengan statistik-statistik yang dia capai itu. ’’Saya gembira bisa mencetak gol, karena ini laga yang terpenting bagi kami. Yang terpenting, semua pemain sudah menunjukkan kalau mereka ingin memenangi laga itu.’’ tuturnya. Laga kemarin menjadi laga kesepuluh Son menjadi starter Spurs di semua ajang. Selama ini, untuk menjadi pilihan utama Mauricio Pochettino di posisi sembilan dia selalu berada di bawah bayang-bayang Harry Kane. Kalaupun dimainkan sebagai starter, dia tergeser ke posisi winger kiri. Sebaliknya dengan laga kemarin. Kane dimainkan sebagai pengganti dan masuk pada menit ke-60 mengganti Erik Lamela. ’’Ini peluang bagus bagi Son dan Nacer untuk menunjukkan mereka bisa melakukannya. Kami puas dengan keduanya,’’ ucap pelatih berkebangsaan Argentina itu kepada Express. Bukan hanya kemenangan dan lolos ke putaran 4 Piala FA. Ada satu pelajaran berharga lainnya yang bisa dipetik Spurs dari laga ini. Yaitu, klub bisa berhemat anggarannya dalam bursa transfer musim dingin Januari dan musim panas Juni nanti. Moncernya Son, Spurs tidak perlu merogoh GBP 15 juta (Rp 294,7 miliar) untuk memboyong Saido Berahino dari West Bromwich Albion. ’’Jika kami bisa menemukan pemain yang cocok, oke kami akan terjun di bursa transfer. Kalau tidak, ya tidak perlu. Setidaknya kami sudah merasa puas dengan apa yang didapatkan tim ini sekarang,’’ tuturnya. Kemenangan dua gol di kandang The Foxes – julukan Leicester – ini membuat Spurs leading goal agregat 4-2. Pada pertemuan pertama di White Hart Lane (10/1) kedua tim berbagi skor 2-2. Di putaran 4, Spurs ditunggu lawan enteng dari kasta ketiga, Colchester United. Laga dilangsungkan pada 30 Januari di Colchester. Terpisah, Claudio Ranieri mengaku ada blunder yang dilakukannya di balik kekalahan ini. Bukan dari kegagalan back four-nya membendung laju Spurs dengan Son-nya, melainkan kesalahan Ranieri dalam menyusun formasi permainan Leicester. Biasanya, Schmeichel dkk selalu memainkan formasi 4-4-2 selama di Premier League. Akan tetapi, dalam laga kemarin Ranieri mengubahnya jadi 4-3-3. Baru memainkan Jamie Vardy pada menit ke-74, Ranieri menjajal trio Demarai Gray, Leonardo Ulloa, dan Nathan Dyer. ’’Akan tetapi, strategi itu tidak berjalan. Pemain kami malah kesulitan untuk berkembang,’’ ungkap The Tinkerman, julukan Ranieri. ’’Akan tetapi, formasi 4-3-3 bisa kami jadikan opsi kedua, walaupun untuk saat ini masih butuh ditingkatkan lagi,’’ lanjutnya, dilansir dari Daily Mail. Bagi Leicester, ini untuk ketiga kalinya dalam satu dekade terakhirnya tersingkir di putaran ketiga Piala FA dengan posisi sebagai klub papan atas di kompetisi domestik. Dua sebelumnya saat masih di Football League One (2008-2009) dan Championship (2013-2014). Meski demikian, pelatih berkebangsaan Italia itu tetap puas dengan performa anak asuhnya. ’’Pemain sudah maksimal. Kalau pun tersingkir dari Piala FA, ini tidak masalah. Piala FA bukan prioritas kami. Prioritas utama tetap di Premier League,’’ tegasnya, dikutip dari BBC. (ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: