Warga Enggan Direlokasi Meski Rawan Erosi
KOSONG: Warga Arcawinangun menunjukan bekas rumahnya yang sudah tidak ditempati akibat sebagian hilang terbawa arus sungai pelus akhir 2020 lalu. (DIMAS PRABOWO/RADARMAS) Rumah Dekat Kali Pelus PURWOKERTO - Aliran air Kali Pelus, Arcawinangun, sangat tenang. Airnya cukup jernih juga terlihat menyegarkan. Tapi, aliran yang tenang itu bisa berubah 180 derajat. Seperti awal Januari 2020 lalu. Hujan lebat menyebabkan luapan Kali Pelus mengalir deras tak terkendali. Warnanya keruh kecoklatan. Air bah berhasil menyapu dua rumah penduduk sekaligus di sekitar Kali Pelus. Memori air bah masih terekam jelas di kepala Tinton Prasojo (40), warga RT4 RW4 Kelurahan Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur. Dua rumah yang tersapu air bah salah satunya rumah mertuanya. "Rumah ibu mertua sudah habis. Tinggal kamar saja," kata dia. Rumah Tinton berada persis di belakang rumah mertuanya. Jarak rumahnya dengan Kali Pelus hanya selemparan batu. Ia hitung sekitar 5 - 6 meter jaraknya. Meski diberikan tawaran relokasi ke tempat yang lebih aman, dia menolak tawaran tersebut. Dia enggan meninggalkan rumah yang sudah dibangun dari hasil jerit payahnya. "Disini sejak 2005. Hutang bank baru lunas. Ini baru selesai renovasi rumah. Renovasinya sedikit-sedikit. Dulunya bilik bambu, sekarang sudah tembok dan sudah dikeramik," jelas dia. Menurutnya, jarak rumah dan Kali Pelus sudah relatif aman. Terlebih sekarang aliran Kali Pelus sudah lurus. Itu jadi salah satu pertimbangannya enggan di relokasi. Jarak. Juga menjadi pertimbangan lainnya dia enggan pindah. Lokasi relokasi berada di Desa Cilongok, Kecamatan Cilongok. "Satu jauh, saya kerjanya di Arcawinangun. Istri juga tidak berkenan, sudah kerasan disini. Saya sudah musyawarah dengan istri. Sudah buat surat pernyataan," tuturnya. https://radarbanyumas.co.id/sudah-empat-ambruk-erosi-tepi-kali-pelus-juga-ancam-22-rumah-lainnya-di-arcawinangun/ Sementara itu, Lurah Arcawinangun Edy Suswanto mengatakan, total ada 12 rumah yang terdampak erosi. Proses relokasi sudah dimulai sejak akhir tahun lalu. "Mulai akhir tahun kemarin oleh BPBD sesuai dengan dispo bupati, ditindaklanjuti akibat kebencanaan. Ditangani akhirnya direlokasi. Dengan kerjasama lintas sektoral, pemda mendapatkan hibah tanah dari Pak Umar Basalamah di Cilongok untuk 12 KK," jelas dia. Sebelumnya warga yang terdampak sudah dievakuasi ke ke Wisma Kencana hingga 8 bulan, kemudian ada dua KK yang sampai Desember. Sebelum itu diberikan tawaran untuk ngontrak per orang Rp 4,5 juta untuk 12 KK dari Januari-Maret, karena intensitas hujan sampai akhir Maret tinggi. Dikatakan, saat ini masih ada 5 KK yang belum berkenaan di relokasi. Pihaknya bakal berupaya untuk terus melakukan edukasi. "Sambil menunggu ngontrak proses terus berjalan. Tujuh bersedia sudah menandatangani surat kesediaan, yang lima belum tanda tangan, belum berkenan karena itu tanah leluhur dan kita tidak bisa memaksa," paparnya. Terpisah, Plt Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Banyumas Titik Pujiastuti mengatakan, untuk relokasi akan dilakukan bulan ini. Pihaknya sudah menyiapkan anggaran. Masing-masing KK dianggarkan Rp 40 juta untuk biaya bahan bangunan dan tukangnya. "Material dari kita. Pembangunan nanti dibantu oleh CSR. Satu rumah sekitar Rp 40 jutaan sudah dengan WC," paparnya. Menurutnya, relokasi dilakukan sebagai solusi yang diberikan pemerintah daerah. Tempat tinggal di dekat sungai, dinilai rawan tergerus erosi dan membahayakan. (aam)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: