SLB di Banyumas Kesulitan Belajar Daring

SLB di Banyumas Kesulitan Belajar Daring

Kepala Sekolah SLB B Yakut Purwokerto, Netti Lestari. Ali Ibrahim/Radar Banyumas PURWOKERTO - Dalam rangka mencegah penyebaran virus corona, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan kebijakan yang meminta peserta didik untuk belajar dari rumah. Sejak pertengahan Maret lalu, siswa di Banyumas sudah melaksanakan kegiatan Belajar Dari Rumah (BDR). Kegiatan belajar mengajar yang semula dilakukan secara tatap muka, harus dilakukan secara daring dengan perantara teknologi digital. Sayangnya, tidak semua sekolah dapat menjalankan BDR dengan mudah dan nyaman. Seperti Sekolah Luar Biasa (SLB) yang membutuhkan sistem belajar yang berbeda. Kepala Sekolah SLB B Yakut Purwokerto, Netti Lestari menyampaikan metode BDR melalui kanal media sosial. Sebelumnya, pembelajaran dilakukan dengan mengirimkan tugas kepada peserta didik. Namun, cara tersebut dinilai kurang efektif untuk menyampaikan pokok pelajaran. "Siswa sekarsng keselueuhan dsri jenjang TK LB sampai SMA LB berjumlah 106 orang," jelas dia. SLB B Yakut Purwokerto, merupakan sekolah dengan siswa penyandang tuna rungu. Netti menjelaskan, bahwa dalam materi yang disampaikan lebih ditekankan pada proses kemandirian siswa. Sementara, selama siswa berada di rumah, sulit untuk memantau progres kemandirian siswa yang sebelumnya sudah dilakukan di sekolah. "Kesulitannya ya mereka kan tuna rungu, melalui video call saja susah," jelas dia. Netti menyebutkan, bahwa siswa tetap membutuhkan pendampingan oleh orangtua dalam mengikuti KBM daring. Untuk bobot pelajaran yang disampaikan sendiri tidak mengarah kepada penilaian akademik. Netti menyebutkan pihaknya lebih menekankan kepada pembiasaan-pembiasaan aktifitas yang sudah diterapkan sebelumnya. Selama pembelajaran daring, Netti juga sudah beberapa kali menerima keluhan dari siswa. Ia menjelaskan bahwa kepatuhan siswa terhadap guru di sekolah sangat baik. Sementara di rumah, kepatuhan kepada orangtua berbeda. "Terkadang mereka (siswa) gampang marah saat di rumah. Karena mereka susah untuk mengerti kondisi saat pandemi ini," tutur dia. Pada tahun ajaran baru yang akan dimulai Juli mendatang, Netti berharap dapat melaksanakan KBM secara tatap muka, terlebih saat ini pemerintah tengah mempersiapkan era kenormalan baru. Namun, ia menyadari bahwa untuk SLB dengan siswa penyandang disabilitas, tidak akan mudah untuk dapat menerapkan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak. Meski demikian, Netti menjelaskan bahwa jika pemerintah sudah memberikan keputusan terkait pelaksanaan KBM pada tahun ajaran baru, pihaknya akan berusaha agar peserta didik yang hadir ke sekolah dapat menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan benar. Ia juga akan melihat pada kondisi anak, seandainya mampu menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan benar. "Informasinya sekolah luar biasa baru akan diterapkan KBM di sekolah pada September karena yang didahulukan sekolah umum untuk Juli mendatang. Meski begitu kami patuhi saja aturan Bupati nanti," pungkasnya. (ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: