DPR Panggil BUMN Tersendat Beroperasi
Adisatra berpose bersama direksi, GM, dan jajaran PT Solusi Bangun Indonesia usai berdialog Wabah Corona, Sulit Datangkan Suku Cadang China PURWOKERTO- Wabah Corona berimbas kepada sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Termasuk pula dengan beberapa industri yang ada di wilayah Barlingmascakeb. Saat ini, ada sejumlah BUMN yang tersendat beropoerasi karena sulit mendatangkan suku cadang dari China. Hal itu diungkapkan Anggota Komisi VI DPR RI, Adisatrya Suryo Sulisto, Rabu (4/3) kemarin. Dalam waktu dekat, Adisatrya menyampaikan, DPR berencana memanggil Kementerian BUMN untuk membahas persoalan itu. "Senin lalu, saya berkeliling ke sejumlah BUMN dan industri yang ada di Barlingmascakeb. Fakta di lapangan, ada BUMN dan industri yang bahkan tersendat beroperasi karena mereka sulit mendapatkan suku cadang mesin dari China," ujar Adisatrya ke wartawan usai menjadi pembicara dalam acara TV Parlemen di Java Heritage. Kesulitan mendatangkan suku cadang dari China, kata Adisatrya, terkait serangan wabah virus Corona di Negeri Tirai Bambu tersebut. Tak sedikit industri di China yang berhenti beroperasi. "Termasuk industri yang biasa memasok suku cadang mesin di BUMN kita," kata dia. "Ada BUMN yang kemudian terus mencoba produksi, tapi imbasnya mesin mereka menjadi overhaul," imbuhnya. Persoalan ini tentu tak bisa dianggap enteng. Adisatrya mengatakan, Komisi VI sebagai mitra kerja BUMN akan mengundang Kementrian BUMN. DPR ingin mengetahui dan membahas sejauh mana BUMN di seluruh Indonesia yang mengalami persoalan serupa. "Kita cari bersama bagaimana jalan keluarnya," ujar dia. Sebelumnya, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mencatat aktivitas ekspor dan impor Indonesia dari dan ke Cina mengalami penurunan yang tajam sejak pekan terakhir Januari 2020. Hal ini disebabkan mewabahnya virus corona atau Covid-19. Disebutkan, nilai impor hingga pekan keempat Februari 2020 mencapai USD463 juta. Jumlah tersebut menurun sebesar 51,16 persen dibandingkan pekan keempat Januari 2020 yang mencapai USD948 juta. Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Syarif Hidayat mengatakan, impor dari Cina merosot dibandingkan negara lainnya, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura. "Tren impor terjadi perubahan dari Januari ke Februari, ini bisa dilihat dari devisa negara yang juga anjlok ini. Devisa negara ini sama saja seperti nilainya, berarti memang ada penurunan nilai impor di sini," ujarnya di Jakarta. Jenis barang yang menunjukkan penurunan tajam yakni mesin, tekstil, hingga ponsel. Impor mesin asal China hingga pekan terakhir bulan Februari hanya USD139,7 juta, turun 20,48 persen dibandingkan pekan terakhir Januari 2020. Sementara komputer asal China hanya USD16,7 juta atau turun 80,14 persen dari pekan terakhir Januari 2020 yang mencapai USD84,1 juta. Sedangkan penurunan impor tekstil dari Cina hingga 58 persen, dari posisi sebelumnya USD136,1 juta di akhir Januari 2020 menjadi USD56,8 juta di akhir Februari 2020. Untuk impor ponsel asal Cina hanya USD92 juta per akhir Februari 2020, turun tipis 5,44 persen dibandingkan Januari 2020. (dis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: