Tenda Eksekusi Roboh Diterjang Hujan

Tenda Eksekusi Roboh Diterjang Hujan

SUASANA pelaksanaan eksekusi jilid tiga, Jumat dini hari kemarin, terbilang paling dramatis. Hanya sekitar 30 menit sebelum jam eksekusi biasa dimulai, hujan lebat tiba-tiba mengguyur kawasan Dermaga Wijayapura, Cilacap. Hujan yang disertai angin dan guntur ini sempat merobohkan beberapa barikade pembatas jalan menuju Dermaga Wijayapura. Hingga pukul 00.00, sama sekali belum ada kejelasan apakah eksekusi mati terhadap 4 narapidana narkoba itu dilaksanakan atau ditunda. Ambulance-dengan-Nopol-R-9595-CB-(9)-mengangkut-jenazah-Humprey-Ejike-alias-DOCTOR-menuju-krematorium-Kaliori-Banyumas-(1) Radarmas mendapat informasi jika salah satu tenda di lapangan tembak yang sedianya akan dijadikan tempat eksekusi sempat roboh. Langit tak bersahabat. Hujan sekejap berhenti, sekejap turun kembali dengan derasnya. Hingga pukul 01.00, masih belum ada kejelasan apapun tentang pelaksanaan eksekusi. Suara tembakan yang menyalak, dan kerap jadi pertanda eksekusi sudah digelar, sulit terdengar karena suara petir yang terus menggelegar. Kabar simpang siur menyebut eksekusi sudah terjadi pada pukul 00.00, ada yang menyebut pukul 00.25, dan pukul 00.45. Informasi resmi akhirnya disampikan Jaksa Muda Pidana Umum (Jampidum) Kejagung, Noor Rachmat. Dia memberikan keterangan kepada awak media sekira pukul 02.00. Noor Rachmat menyeberang dari Pulau Nusakambangan didampingi Kapolda Jateng Irjen (Pol) Condro Kirono. Apa yang disampaikan Noor Rachmat membuat semua kaget dan bertanya-tanya. Eksekusi hanya dilakukan terhadap empat orang. Mereka Freddy Budiman, Seck Osmane, Humprey Ejike, dan Michael Titus. Noor Rachmat mengatakan, hujan tak menyurutkan rencana eksekusi. Terpidana mati yang pertama kali ditembak yaitu Freddy Budiman. Dia ditembak di tengah guyuran hujan. Setelahnya, Seck Osmani, Michael Titus, dan terakhir giliran Humprey Ejike. Butuh waktu sekitar satu jam untuk mengeksekusi keempatnya. Menjelang subuh, empat ambulans keluar dari Nusakambangan. Dari Dermaga Wijayapura, ambulans pertama yang muncul yaitu nomor 11 membawa jasad Seck Osmane. Ambulans kedua bernomor 9 berisikan jenazah Humprey Ejike alias Doctor. Disusul ambulans ketiga ambulans nomor 7 yang membawa jasad Freddy Budiman. Selanjutnya, ambulans terakhir itu nomor 6 yang membawa Michael Titus. Keempat ambulans itu keluar dari dermaga dengan pengawalan ketat dari mobil patwal kepolisian. Mereka mengangkut jenazah dengan tujuan berbeda-beda. Ambulans yang membawa jenazah Seck Osmane dan Michael Titus rencananya menuju Jakarta. Jasad Osmane dan Titus akan disemayamkan terlebih dahulu di rumah sakit di Jakarta, sebelum diterbangkan ke negara asalnya, Nigeria. Sedangkan ambulans yang mengangkut jenazah Humprey Ejike langsung menuju Banyumas, Jawa Tengah. Humprey dikremasi di Krematorium Kaliori, Banyumas. Untuk ambulans yang membawa Freddy Budiman akan menuju Surabaya, Jawa Timur. Jasad Freddy dibawa ke rumah duka di Jalan Krembengan Baru VII, Surabaya, Jawa Timur. Rohaniawan yang mendampingi Freddy, Hasan Makarim saat ditemui usai meninggalkan Pulau Nusakambangan mengatakan, pertemuan terakhirnya Freddy berpesan agar anaknya menjadi ustadz. "Pesan terakhirnya, Freddy ingin anaknya menjadi ustadz," singkatnya.(ali/ziz/din/rez)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: