Curah Hujan Tinggi, Kasus DBD Diprediksi Meningkat

Curah Hujan Tinggi, Kasus DBD Diprediksi Meningkat

Grafis PURWOKERTO-Siklus lima tahunan yang biasa digunakan sebagai acuan dalam jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) kini sudah tidak bisa digunakan acuan. Karena, untuk tingginya angka DBD tergantung dari tingginya curah hujan. Tahun ini kasus DBD diperkirakan meningkat. Kasi Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Arif Burhanudin mengatakan, jika mengacu pada siklus lima tahunan seharusnya di 2019 tidak terjadi kenaikan jumlah kasus DBD. Karena 2017 dan 2018 kasus DBD menurun, dan tertinggi di 2016. "Kasus DBD dipengaruhi oleh tingginya curah hujan. Kalau siklus lima tahunan tidak bisa lagi dijadikan sebagai acuan," katanya saat ditemui Radar Banyumas. Menurutnya, hingga 25 Januari ada 25 kasus yang ditemukan. Dimana kasus-kasus tersebut menyebar hampir di semua kecamatan di Banyumas. Untuk Sumampir, Kranji dan Kedung wuluh jumlah kasus paling banyak karena ditemukan masing-masing dua kasus. "Dari 25 kasus tersebut, tiga diantaranya ditangani sudah terlambat. Dimana sel darah merah sudah pecah," terangnya. Sementara untuk data lainnya di Kabupaten Banyumas, di Januari 2017 ada 29 kasus. Dimana total di tahun itu ada 68 kasus dimana satu orang meninggal dunia. Sedangkan di Januari 28 kasus, jumlah kasus DBD sebanyak lima kasus. Dengan total kasus di 2018 sebanyak 55 kasus dan yang meninggal dua orang. Meskipun musim hujan terjadi pergantian air, dimana air yang menggenang digantikan dengan air hujan baru. Namun hal tersebut tidak berpengaruh signifikan. Karena yang tergantikan hanya bagian atas saja. Sementara bagian bawah, dimana disitu terdapat telur nyamuk masih utuh. "Apalagi kalau di ban bekas. Dengan struktur ban yang seperti itu, air didalamnya tetap aman," ujarnya. Untuk itu, Dinkes selalu mengupayakan agar masyarakat bisa melakukan PSN berkualitas.(ida)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: