Aksi Peringatan Hari Tani Nasional

Aksi Peringatan Hari Tani Nasional

TOLAK- Mahasiwa tolak reforma agraria dalam aksi di kantor bupati Banyumas kemarin PURWOKERTO-Ratusan mahasiswa melakukan unjuk rasa di depan Pendopo Bupati Banyumas, Senin (24/9). Aksi menyuarakan untuk menolak reforma agraria dan perhutanan sosial. Unjuk rasa ini sekaligus bertepatan dengan momentum Hari Tani Nasional yang jatuh pada 24 September. Beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi di Purwokerto juga turut ambil bagian dalam aksi tersebut. Diantaranya Unsoed, UMP, serta IAIN yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat. Ihbar, Koordinator Humas Aksi Unjuk Rasa Front Perjuangan Rakyat mengatakan setiap tahun aksi ini selalu menggaungkan tuntutan yang sama. Yaitu wujudkan reforma agraria yang dikehendaki oleh para petani sendiri dan bukan reforma afraria yang diusung pemerintah. "Isu yang biasanya kita angkat itu menyesuaikan dengan kondisi di daerah. Tahun kemarin kita lagi panas-panasnya dengan adanya isu (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) PLTPB dimana ada pengeboran Gunung Slamet yang berdampak terhadap kehidupan kaum tani saat itu seperti air bersih dan binatang seperti celeng turun dan merusak tanaman warga sekitar," paparnya. Ihbar menekankan permasalahan agraria dari tahun ke tahun tidak pernah kunjung selesai. Adanya campur tangan dari lembaga internasional seperti bank dunia dan International Monetary Fund (IMF) terhadap program reforma agraria dan perhutanan nasional. "Program RA-PS saat ini tidak terlepas dari intervensi world bank dan IMF. Untuk world bank salah satu programnya adalah land administratitive project dimana itu hanya sebatas perapihan tanah secara administratif. Pada akhirnya apa yang diturunkan ke negara Indonesia itulah program reforma agraria yang hanya sebatas pembagian sertifikasi tanah," kata dia. "Disitulah muncul sekema ekonomi politik dalam wujud perampasan tanah secara halus. Karena ketika sudah dibagi sertifikat otomatis, ketika subsidi semakin dipangkas akan mendorong petani menggaidaikan ataupun menjual tanahnya hingga akhirnya hak milik tanah petani semakin sedikit," ungkap mahasiswa Fisip Unsoed ini kepada Radarmas. Selain menolak keras reforma agraria gelaran aksi tadi juga menyerukan untuk menghentikan kekerasan pada petani dan rakyat yang memperjuangkan hak-haknya. Menolak pertemuan IMF serta world bank di Bali dan tolak segala bentuk privatisasi, liberalisasi dan komersialisasi pendidikan. Ditemui secara terpisah Catur Sasongko yang merupakan Sekretaris Jenderal Agra Cabang Banyumas menyebut capaian dari aksi yang digelar untuk mengedukasi mahasiswa. "Sebenarnya karena kebanyakan massa aksi adalah mahasiswa kita capaiannya mengedukasi mahasiswa dan masyarakat. Tuntutan kita selalu sama setiap tahunnya yaitu menolak adanya RA-PS dan menghentikan segala bentuk perampasan serta monopoli tanah," ungkapnya.(aam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: