Kyai Kholil: NU Harus Tetap Netral
PURWOKERTO-Keputusan Tim Siyasah PC Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Banyumas agar warga NU mendukung Mardjoko-Ifan mendapat respon dari sesepuh NU di Purwokerto Kholil Markhawi. Selain itu, mantan pengurus PC NU Banyumas H Achmad Wartoyo, juga menegaskan bahwa NU netral di Pilkada. Keduanya mengatakan secara kelembagaan NU harusnya netral, sebab NU besar dan tiap anggotanya memiliki pilihan politik berbeda-beda. "NU bukan partai lagi, jadi netral. Diserahkan ke masing masing. Mau memilih ke siapa diserahkan ke pribadi masing-masing, " kata Kholil Markhawi, sesepuh NU sekaligus Mukhtasar (Penasehat) NU Purwokerto Selatan yang juga pengasuh Ponpes Bani Malik, Mersi. SOROTI SIYASAH NU : Dari kiri Mukhsonudin, Kholil Markhawi, Achmad Wartoyo dalam suatu kesempatan kebersamaan. Di samping itu, H. Achmad Wartoyo, mantan bendahara PC NH Banyumas 1984-1993 juga mengatakan sikap tim siyasah PC NU Banyumas dinilai sudah melewati batas. Ia merasa kecewa dengan kepengurusan PC NU saat ini. "Saya kecewa, saya tidak rela. Merintis NU di Banyumas, perjuangan panjang. Kemudian saat ini justru berpolitik. Baik suriah atau tandfidziah, pengurus harian harus netral," kata dia. Ia mengatakan, politisi tidak masalah mencari restu. Namun kelembagaan NU tidak boleh memihak. Menurutnya, netralitas kelembagaan NU dalam politik menyeluruh hingga dari pusat hingga cabang. "Kalau ada seorang suriah atau tandfidziah mengarahkan pada satu pasang calon. Maka dia harus keluar dari NU. Apalagi hanya di pengurus cabang," kata dia. Ditempat lain, Kyai Roqib, ketua Tim Siyasah PC NU Banyumas, tetap teguh memegang mandat para kyai melalui PCNU untuk duduk di Tim Siyasah. Dan sikap tim siyasah, jelasnya, merupakan ujian komitmen ke NU-an seorang warga NU. "Saya akui amat berat memegang amanah ini. Tapi ini untuk menguji komitmen ke-NU-an, warga perlu ada terapi dan keterkejutan agar segera bangun. NU yang warganya 60-70 persen selama ini jadi penonton di negeri/kabupatennya sendiri. Lalu kapan dan siapa yang memulai," kata dia. Ia mengatakan, Tim siyasah hanya menjadi lidah kyai dan warga NU. Tiada motif lain kecuali untuk membuat kiprah NU maslahat umat menjadi lebih nyata. Selain itu, kata dia, Tim Siyasah bertugas untuk menyiapkan kader pemimpin masa depan yg rohmatan lil'alamin. "Pada hakekatnya Tim tidak mendukung pasangan calon yang diusung oleh koalisi partai. Tetapi tim merekomendasikan kader NU. Delegasi yang dikirimkanya sendiri, Ifan Haryanto. Ijtihad politik ini ada konsekwensinya. komitmen ke-NU-an dan kebersamaan, " kata dia. Ia tidak mempersoalkan menyebarnya keputusan tim siayah ke publik melalui media sosial yang belum utuh. "Sebagaimana teori Gus Mus, Gabah diinteri. Biar semakin jelas mana gabah mentes dan mana gabah gabug di NU," kata dia. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: