Pengunjung Malioboro Dibatasi Dua Jam, Akhir Pekan Aplikasi Sugeng Rawuh Diterapkan
MULAI RAMAI: Aktivitas Malioboro Yogjkarta yang kini banyak dikunjungi wisatawan. YOGYAKARTA - Tak kunjung memperoleh QR code Peduli Lindungi, aplikasi Sugeng Rawuh bikinan Pemerintah Kota Jogja untuk screening pengunjung bakal diterapkan mulai akhir pekan. Penerapan tersebut menyusul animo wisatawan yang semakin membludak mengunjungi Malioboro. Wakil Wali Kota Jogja, Heroe Poerwadi (HP) mengatakan aplikasi tersebut tidak hanya sekedar screening pengunjung yang datang ke Malioboro. Tetapi sekaligus mengatur waktu batas kunjungan 2 jam dan 3 jam parkir. ”Ini dalam rangka untuk mengatur kapasitas kunjungan di Malioboro sehingga beban kerumunan dapat berkurang,” kata HP seperti dikutip Radar Jogja, Selasa (2/11). HP tidak menampik antusias wisatawan begitu tinggi mengunjungi pusat ekonomi di Malioboro tiap akhir pekan. Kerumunan pun sulit dipecahkan, meskipun Pemkot sudah menerjunkan tim untuk melakukan penguatan terhadap pengawasan kerumunan di sana. "Kemarin kesepakatan nanti ada tim secara rutin menunggu disana dan selalu memberikan himbauan agar tidak berkerumun," ujarnya. Walaupun sudah melalui screening satu pintu di Terminal Giwangan, tetapi masih dikhawatirkan adanya oknum nakal atau wisatawan liar tanpa kelengkapan dokumen perjalanan masuk kawasan Malioboro. Hal itu akan berdampak buruk terhadap kondusifitas Jogja dengan kasus yang sudah cukup melandai. “Memang screening ini yang belum kami dapatkan di Malioboro. Mereka liar memang risiko (Malioboro) sebagai daerah terbuka. Maka kami perlu upaya lain untuk menjaga bagaimana kerumunan tidak terjadi disana,” jelasnya. https://radarbanyumas.co.id/ribuan-pengunjung-padati-pantai-glagah-di-kulonprogo-susah-sinyal-masuk-obwis-tunjukkan-kartu-vaksin/ Untuk itu, pihaknya harus mengembangkan aplikasi sendiri, lantaran Malioboro sampai sejauh ini tak kunjung memperoleh QR Code Peduli Lindungi. Padahal, animo wisatawan sudah tidak dapat terbendung. "Kan malah Peduli Lindungi tidak bisa membatasi waktu kunjungan dua jam, dan tiga jam parkir. Kami sebenarnya, memakai aplikasi Sugeng Rawuh di Malioboro itu untuk mengatur pembatasan waktu," terangnya. Aplikasi Sugeng Rawuh masih diupayakan bisa diakses lewat Jogja Smart Service (JSS), namun sampai saat ini belum terealisasi. Sehingga, Sugeng Rawuh masih menjadi aplikasi sendiri. “Kemarin di Malioboro sebenarnya pengunjung di setiap zonanya sudah kami batasi. Tapi, karena ada perubahan pengelolaan ya, jadi aplikasi Sugeng Rawuh itu yang bakal dipakai,” tambah Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Jogja. Kepala UPT Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya, Ekwanto mengatakan dengan aplikasi Sugeng Rawuh nanti bisa diketahui secata oromatis jumlah wisatawan yang sudah berada di kawasan Malioboro. Sehingga pengaturan arus masuk wisatawan bisa dilakukan lebih baik dan mudah. Ketika sudah mendekati dua jam kunjungan, tiap wisatawan akan diberi notifikasi dari petugas sebagai peringatan untuk segera melanjutkan perjalanan. “Sugeng Rawuh ini sebenarnya pengembangan dari aplikasi yang sudah ada yaitu Sowan Jogja. Ada perbaikan nama dan nantinya diharapkan bisa terhubung dengan Peduli Lindungi,” katanya. Menurutnya, pengaturan dan pembatasan jumlah wisatawan yang datang ke Malioboro tidak bisa dilakukan dengan mudah karena kawasan wisata tersebut memiliki banyak pintu masuk dan tidak ada sistem tiket masuk layaknya sebuah destinasi wisata. “Ada 17 pintu masuk ke Malioboro jadi sangat sulit untuk menjaga atau mengatur arus masuk wisatawan. Makanya dibutuhkan sistem yang terkoneksi dan bisa diakses dengan mudah,” imbuhnya. (*/moh/jpc)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: