Bupati Banyumas: Angkot Diganti Mikro Bus
Munculkan Gagasan Baru Lagi PURWOKERTO-Ditengah lesunya usaha jasa trasnportasi angkutan umum, hingga ramainya perbincangan pro dan kontra keberadaan Go-Jek di Purwokerto, Pemerintah Kabupaten Banyumas melalui Bupati Ir Achmad Husein kembali melakukan gagasan terobosan baru untuk mengembalikan gairah jasa transportasi umum. Bupati berencana mengkonversi angkutan umum perkotaan (angkot) menjadi angkutan bus mikro atau bus 3/4. Gagasan muncul karena angkot yang beroperasi di Banyumas saat ini jauh dari standart kelayakan. "Akan diganti dengan bus 3/4 karena sudah tidak layak," katanya saat menggelar pertemuan dengan pelaku jasa transportasi umum, di Ruang Graha Satria Pemkab Banyumas. Konversi angkot menjadi bus mikro, kata dia, merupakan terobosan untuk meningkatkan minat masyarakat kembali menggunakan transportasi umum. Sebab selama ini, dia menilai, sepinya penumpang angkot karena ketidaknyamanan angkutan itu sendiri. "Ini satu-satunya jalan dengan pertimbangannya adalah kenyamanan," jelasnya. Bahkan, bupati berencana menggandeng perbankan untuk masalah permodalan. Untuk itu, dia berharap seluruh pelaku jasa trasnportasi umum, khususnya angkutan kota setuju dengan gagasan yang dikeluarkannya tersebut. "Nanti bisa kredit, kita menggandeng perbankan. Mereka harus bersedia, kalau tidak, maka akan tetap seperti ini saja. Tapi, karena ini program kita (Pemkab, red), kalau kita nyatakan mereka sudah tidak boleh beroperasi dengan angkot, mereka tidak bisa apa-apa dan harus mau beralih," tandasnya. Salah satu sopir angkot, Manan (48) mengaku tidak setuju wacana tersebut. Sebab, adanya peralihan angkot menjadi bus mikro, justru akan menambah biaya pengeluaran bagi sopir atau pengusaha angkot. Di sisi lain, juga kondisi jumlah penumpang yang semakin hari terus menurun. "Saya tidak setuju karena penumpang kurang. Hari ini (kemarin) saya narik dari Karanglewas saja tidak ada penumpang satupun. Bagaimana nanti kalau diganti dengan bus, yang jelas pengeluaran malah akan lebih besar," kata sopir angkot A1 jurusan Karang Lewas itu. Pernyataan itu juga dibenarkan rekan seprofesinya, Ratno (48). Dia mengatakan, para sopir angkot akan setuju dengan kebijakan tersebut apabila pemerintah juga tegas untuk menekan peredaran motor di Banyumas. Sebab menurutnya, salah satu penyebab sepinya penumpang karena saat ini hampir seluruh orang mempunyai kendaraan pribadi. "Kemungkinan kalau kami, bisa setuju asal peredaran motor bisa ditekan. Karena nanti bisa macet juga. Macet segalanya, macet jalannya, macet gole ngebul dapure, dan macet segalanya," candanya. Perlu diketahui, jumlah transportasi umum di Banyumas jumlahnya mencapai ribuan. Terdiri dari ojek konvensional sekitar 7.500 kendaraan, Taksi baik Kobata dan Kopata sebanyak 170 armada, koperades sekitar 600 lebih, dan angkutan kota sekitar 340 armada. (why/ttg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: