Freddy Tetap Ajukan Grasi, Merri Utami ingin Bertemu Dua Cucunya

Freddy Tetap Ajukan Grasi, Merri Utami ingin Bertemu Dua Cucunya

CILACAP - Eksekusi terpidana mati jilid III semakin terasa persiapanya. Rabu (27/7) kemarin, keluarga sejumlah terpidana mati nampak masuk ke Nusakambangan. Seperti keluarga Merri Utami, Zulfiqar Ali dan Freddy Budiman yang berdatangan ke Lapas Nusakambangan. Sementara, sehari sebelumnya keluarga Zulfiqar Ali juga sudah berada di Nusakambangan. Kepada sejumlah wartawan, melalui kuasa hukumnya masing-masing, mereka sudah menyampaikan permintaan terakhir. Kuasa hukum Merri Utami dari LBH Masyarakat, Arinta Dea menyatakan, Merri meminta untuk dikunjungi dua cucunya yang masih berusia tiga bulan dan empat bulan. Menurut Arinta, Merri tetap tegar menghadapi eksekusi mati yang akan dihadapinya. Bahkan, ia menguatkan anaknya yang khawatir dengan nasib ibunya. pengacara-freddy-budiman PESAN TERTULIS: Kuasa hukum Freddy Budiman, Untung Sunaryo menunjukan pesan tertulis dari Freddy Budiman Selain bertemu cucu, setelah eksekusi nanti Merri minta dimakamkan di kampung halamanya. "Ia meminta dimakamkan di Magetan," kata Arinta Dea yang Selasa tak bisa ikut masuk ke Lapas Nusakambangan mendampingi keluarga Merri karena terganjal persoalan administratif. Kuasa hukum Freddy Budiman, Untung Sunaryo menyatakan Freddy sudah bertemu keluarganya di ruang isolasi khusus Lapas Batu. Freddy ditemui kuasa hukum, anak, kakak, ibunya. Menurut Untung, Freddy sudah tobat nasuha dan menyerahkan semuanya pada Allah. Untuk permintaan terakhir, Freddy minta dimakamkan di Surabaya. "Surabaya kampung halamannya. Dia kan arek Suroboyo. Selain itu Freddy juga menulis surat grasi dengan tulisan tangan dia. Namun mau diterima atau tidaknya sama Jokowi dia hanya pasrah," pungkasnya. Sementara itu, Raynov Tumorang, kuasa hukum Humprey Jefferson terpidana mati asal Nigeria mengatakan, Jefferson tidak memiliki keinginan apa-apa. Hanya saja ia ingin dimakamkan di kampung halamanya di Nigeria. Ia juga menyatakan secara moral, Jefferson sudah kuat. Sejak Selasa (26/7) kemarin, Jafferson sudah masuk ruang isolasi di LP Batu. "Notifikasi dari Kejari Jakarta Pusat sudah kami terima sejak selasa (26/7) kemarin. Jefferson sendiri tak memiliki keluarga disini," katanya. Sedang kuasa hukum Zulfiqar Ali, Saut Edward Rajagukguk tak mengungkap keinginan terakhir dari kliennya. Ia hanya menjelaskan istri dan ibunya sudah membesuk terpidana mati asal Pakistan itu pada Selasa (26/7) bersama rombongan keluarga terpidana mati yang lain. Edward juga menjelaskan, untuk nasib kliennya, kejari Cilacap telah memanggil Kedubes Pakistan terkait notifikasi bagi Zulfiqar. Kepala BNNK Cilacap AKBP Eddy Santosa Rabu kemarin, terlihat keluar dari pos Pelabuhan Wijayapura, Cilacap. Saat ditanya Radarmas, dirinya mengaku baru bertemu dengan Freddy Budiman. Namun begitu dirinya enggan menceritakan kondisi Freddy Budiman, Rabu (27/7) kemarin. "Tidak patut untuk diceritakan kondisinya saat ini menjelang eksekusi. Yang jelas ia hanya berpesan untuk tidak meninggalkan salat," jelasnya. Menurutnya, sejak Selasa (26/7) Freddy sudah berada di ruang isolasi. "Ya dia sudah di ruang isolasi," katanya. Sementara dirinya sangat mendukung dengan eksekusi mati yang diterapkan kepemimpinan Presiden Jokowi. "Sangat mendukung eksekusi ini. Hal ini dapat membuat efek jera untuk para gembong-gembong narkoba lainnya yang masih berkeliaran agar tidak berani-beraninya mengedarkan narkoba di Indonesia," pungkasnya. Meski persiapan semakin matang, namun masih ada yang mengganjal. Hingga kemarin, rohaniawan yang biasa mendampingi para terpidana mati yang akan menjalani eksekusi di depan regu tembak, ternyata belum menerima surat penunjukan dari otoritas terkait. Hal itu diungkapkan Koordinator Rohaniawan Lapas Nusakambangan, KH. Hasan Makarim. Pria berkacamata yang selama ini ditunjuk oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) Kanwil Jawa Tengah sebagai rohaniawan tetap itu menyatakan, hingga kemarin siang surat penunjukan untuk mendampingi napi yang akan dieksekusi belum dia terima. "Sampai saat ini kami belum menerima surat penunjukan," kata Hasan Makarim saat akan menyeberang menuju Lapas Nuskambangan, Rabu (27/7) siang kemarin. Pria yang memakai jas dan peci hitam itu, juga enggan bercerita ke Lapas mana dia akan berkunjung serta akan mengunjungi siapa. Informasi lain, sejumlah peralatan pendukung pelaksanaan eksekusi secara bergelombang terus berdatangan di Dermaga Wijayapura untuk diseberangkan ke Pulau Nusambangan. Jika sehari sebelumnya ada truk yang membawa tenda, kemarin siang juga ada satu lagi truk pengangkut tenda yang akan menyeberang menuju Pulau Nusakambangan. Bahkan sekitar pukul 13.58, iring-iringan mobil patroli dari 16 Polsek yang ada di wilayah hukum Polres Cilacap masuk ke area penyeberangan. Iring-iringan mobil patroli itu sempat mengantre untuk masuk ke dermaga lantaran arus keluar masuk kendaraan dari dan menuju ke Pulau Nusakambangan kemarin siang semakin tinggi frekuensinya. "Mobil-mobil itu didatangkan untuk membantu berbagai persiapan terkait pelaksanaan eksekusi,"kata Kasubbag Humas Polres Cilacap, AKP Bintoro Wasono di Dermaga Wijayapura. Apakah mobil-mobil patroli itu akan berada di Pulau Nusakambangan hingga proses eksekusi selesai, Bintoro enggan merinci. "Ya pokoknya untuk mendukung kelancaran persiapan pelaksanaan eksekusi," ujarnya singkat. Sementara itu, persiapan pengamanan juga terus ditingkatkan. Di Dermaga Wijayapura sejak siang kemarin sudah dipasang barikade. Empat unit mobil Patwal milik Ditlantas Polda Jateng, kemarin siang juga terlihat beriringan keluar dari arah Dermaga Wijayapura menuju Jalan Jenderal Soedirman Cilacap. "Ya, semacam simulasi. Sebab besok setelah pelaksanaan eksekusi, mobil-mobil Patwal itulah yang akan mengawal ambulan yang keluar dari Pulau Nusakambangan membawa jenazah para terpidana mati,"ujar sumber yang keberatan ditulis identitasnya saat dihubungi Radarmas. Sementara itu Barisan Ansor Serba Guna (Banser) Kabupaten Cilacap meminta Presiden Joko Widodo menolak grasi yang akan diajukan terpidana mati kasus narkoba, Freddy Budiman. Grasi tersebut dinilai tidak sepadan dengan kejahatan yang sudah dilakukannya. "Berkas usulan grasi diterima, tapi biarkan saja. Tidak usah diproses," ujar Kepala Satuan Koordinator Cabang (Kasatkorcab) Banser Kabupaten Cilacap, Jamaludin Albab, Rabu (27/7) kemarin. Dikatakannya, pemberian grasi hanya memberikan kesempatan bagi Freddy untuk terus menjalankan bisnis narkoba dari balik jeruji. Bisnis narkoba ini kerap masih dikendalikan oleh para bandar meski sudah berada di tahanan, termasuk Nusakambangan. "Ini hanya upaya mengulur waktu saja. Kalau diulur, mereka tetap bisa menjalankan bisnis narkoba dari dalam penjara," tegasnya. Pada akhirnya, efek jera yang menjadi tujuan dari eksekusi mati bagi pengedar narkoba. Sementara kejahatan narkoba dia nilai jauh lebih mengerikan dibandingkan teroris. Hingga penundaan eksekusi mati membuat pelaku kejahatan narkoba tidak merasa takut. "Tidak ada efek jera sama sekali," ujarnya. Dia lalu meminta agar jaksa bisa secepatnya melakukan eksekusi mati. Apalagi jika kasusnya sudah memiliki putusan hukum tetap (inkra). "Jika sudah inkra, laksanakan saja. Jangan ditunda. Ngapain (menunda)," katanya. Persiapan juga belum terlihat di perabuan atau pembakaran jenazah (krematorium) Giri Laya di Desa Kalibagor, Kecamatan Banyumas. Krematorium ini pada 2015 lalu menjadi tempat kremasi dua terpidana mati Nusakambangan. Memang belum diketahui secara pasti apakah terpidana mati yang akan dieksekusi dalam waktu dekat ini bakal dikremasi di tempat itu. Kunci Krematorium Giri Laya, Saru mengatakan, belum ada kabar dari Yayasan Eka Paralaya sebagai pengelola krematorium tersebut mengenai perabuan terpidana mati dari Nusakambangan. "Sejauh ini belum ada kabar," katanya. Apabila akan ada jenazah yang datang ke Krematorium Giri Laya Kaliori, Saru biasanya mendapat kabar terlebih dahulu dari Eka Paralaya. "Paling tidak kami dikabari satu hari sebelum perabuan," ujarnya. Saru menyampaikan pengalamannya tahun lalu ketika dua terpidana mati Nusakambangan dikremasi di Giri Laya. Dia mendapat kabar satu hari sebelumnya untuk mempersiapkan kebutuhan kremasi. "Kami biasanya bersih-bersih dan mengecek ketersediaan bahan bakar," paparnya. (wah/har/ziz/ali/din/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: