Bripda Galih Windiani, Sososk Polwan yang Juara Taekwondo
Koleksi Puluhan Medali, Jadi Nilai Plus Saat Mendaftar Polwan Tidak banyak perempuan menggeluti olahraga beladiri. Apalagi jika ketertarikan itu tumbuh sejak usia belia. Namun, perempuan satu ini tertarik dan berani terjun ke olahraga beladiri Taekwondo sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ketika sudah menjadi Polwan pun, Taekwondo masih terus dia tekuni. Miftachul Mufid, Purwokerto Galih Windiani, itulah nama lengkapnya, Gadis berjilbab ini adalah anggota Polwan Polres Banyumas berpangkat Bripda. Siapa sangka di balik sosoknya yang ramah, ternyata dia seorang atlet Taekwondo berprestasi. Rentetan koleksi medali dan piagam, berjajar rapi di lemarinya. Segudang prestasi di cabang beladiri ini berhasil dia raih baik dari jenjang kabupaten, provinsi, nasional bahkan hingga level internasional. Menekuni Taekwondo sejak kecil, menjadi kunci sukses untuk jadi yang terbaik di nomornya. "Awalnya cuma penasaran dengan seragam putih-putih yang dipakai para Taekwondoin, kemudian penasaran dan ingin mencoba. Saat itu saya sedang bersama orang tua main di GOR Satria," kata dia mengenang. Menjatuhkan pilihan pada olahraga Taekwondo, tidaklah mudah. Banyak halangan, rintangan dan tantangan juga celaan yang dia hadapi. Namun semua itu tidak membuatnya patah arang dan putus asa. Latihan demi latihan terus dia jalani. Pertandingan demi pertandingan dia lakoni. "Ketika awal-awal ikut pertandingan, selalu kalah. Sempat patah semangat, tapi kemudian senior memberi motivasi. Hingga akhirnya, beberapa medali emas bisa diraih dan ikut kejuaraan international juga," jelasnya. Gadis kelahiran 2 Oktober 1996 ini pernah mewakili Banyumas dalam kejuaraan Popda. Saat itu, dia masih duduk di bangku kelas 6 SD. "Walaupaun hanya dapat medali Perunggu, tapi saat itu sudah puas dana sangat bahagia, mengingat usia saya yang masih cukup junior waktu itu," ujarnya. Banyak melakoni pertandingan, apalagi olahraga ini termasuk salah satu olahraga beresiko tinggi membuatnya beberapa kali mengalami cidera. Meski beberapa cidera pernah dia rasakan, namun semangatnya tidak pernah padam mengejar prestasi. “Bengkak dan memar sudah biasa. Bahkan pernah tangan digips selama tiga bulan karena dislokasi lengan, tapi ya tetap lanjut saja. Olahraga ini memang berat, cidera sudah menjadi bagian dari olahraga ini, ibarat nasi dengan sayuran,” kata anak bungsu pasangan Siswanto dan Astuti ini. Saat ini, sudah banyak prestasi yang diraih Galih. Dari sekian banyak pertandingan, perlombaan dan kejuaraan yang diikuti, dia berhasil meraih setidaknya 15 medali emas. Sisanya, perak dan perunggu. Di antara sekian banyak kejuaraan yang dia jalani, pengalaman paling mengesankan yang dirasakan Galih saat bertanding adalah sewaktu melawan atlet Malaysia. “Saat itu kejuaraan digelar di Universitas Atmajaya Yogyakarta, event International Friendhip. Berhasil masuk babak perempat final dan melawan dari Malaysia. Tapi hanya dapat juara harapan satu,” ungkapnya. Berbagai penghargaan dan prestasi yang didapatnya dari dunia Taekwondo, ternyata tidak sia-sia. Dia bisa masuk Polwan, salah satunya karena mempunyai kemampuan di bidang olahraga ini. “Saat mendaftar menjadi polisi, saya melampirkan semua sertifikat kejuaraan. Kata panitia pendaftaran, itu bisa jadi nilai plus,” jelas Polwan yang menjadi juara saat Porwildulongmas 2015 ini. Kini sebagai penegak hukum, Galih ingin menjadi pengayom masyarakat. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: