Telur Asin Olahannya Diekspor ke Eropa dan Timur Tengah

Telur Asin Olahannya Diekspor ke Eropa dan Timur Tengah

Lasmiyati, PNS yang Ciptakan Lapangan Pekerjaan Bagi Anak Putus Sekolah Status sebagai PNS, tak menyurutkan niat Lasmiyati (35) untuk membantu dan meningkatkan perekonomian keluarga serta kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Dengan membangun usaha sampingan bisnis pembuatan telur asin dan beberapa aneka makanan, dia kini bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi pemuda yang putus sekolah. MAULIDIN WAHYU SETIYA PUTRA, Purwokerto WARGA Desa Sidabowa Kecamatan Patikraja ini bersama keluarganya membangun usaha sampingan bisnis pembuatan telur asin. Dari usaha tersebut, banyak peluang lain dan bisa mengembangkan potensi diri yang lain untuk berkiprah ke masyarakat. Selain itu, ternyata usaha tersebut sangat membantu ekonomi keluarga dan membiayai aktivitas sosial di lembaga sosial kemasyarakatan, Forum Komunikasi Pendamping Masyarakat Indonesia (FKPMI). "Awalnya saya hanya bantu-bantu ibu yang sudah memulai lebih dulu. Setelah saya ikuti, kok produksinya belum maksimal. Lalu saya tertarik untuk ikut mengembangkan," kata Staf Sub Bina Program Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi (Dinhubkominfo) Kabupaten Banyumas. Dari waktu ke waktu, permintaan telur asin terus meningkat. Sehingga dia berusaha menambah produksi dan meningkatkan kualitas. Ia kemudian mencari bahan baku telur sendiri. Sebelumnya hanya mengandalkan pasokan pihak lain. Setelah bisa berproduksi banyak, ternyata permintaan terus meningkat. Pemasaran juga sudah merambah ke luar Jawa dan di sejumlah negara tetangga. "Banyak juga yang dikirim ke Eropa seperti Belanda dan Timur Tengah seperti Arab Saudi. Tapi bukan kita yang mengekspor langsung, tapi dibawa oleh pihak lain," kisahnya. Meski statusnya sebagai PNS, dia mengaku tidak malu memproduksi dan memasarkan sendiri telur asin tersebut. Bahkan untuk pemasaran di tingkat lokal, wilayah Banyumas dan sekitarnya kadang diantarkan sendiri atau dibawa bersamaan saat dinas. Jika ada pemesanan bisa diambil ke kantor. "Kenapa harus malu, ini kan usaha halal dan hasil dari produksi lokal. Saya dan keluarga malah bangga karena tanpa saya memasarkan langsung ke luar negeri, ternyata ada yang sudah memasarkan dan menjadi pelanggan tetap," kata wanita kelahiran Banyumas, 1 Mei 1980 ini. Saat ini omzet perharinya, ibu dua anak ini mampu menjual 200-300 butir telur asin. Dengan harga perbutir Rp 3.000, ia mampu mengantongi uang dari pekerjaan sampingannya hingga jutaan rupiah perbulannya. Dari hasil peghasilannya, tak hanya dinikmati sendiri. Namun juga digunakan untuk kegiatan sosial yang sedang dijalani. Kiprah sosial yang kini masih dijalani, katanya, seperti mendampingi ibu-ibu rumah tangga untuk bisa mandiri dengan menggerakkan kegiatan usaha produksi rumahan. Seperti aneka makanan dan kerajinan. "Selain telur asin, saya juga membuat kue kering, budidaya lele dan kemudian diolah menjadi abon lele, nugget lele dan bumbu mendoan," terangnya. Aktivitas lain, Lasmiyati juga ikut menjadi relawan untuk pendampingan anak-anak putus sekolah. Harapannya, bila memang tidak lagi bisa sekolah bisa tetap berkarya dan berbuat sesuatu yang lebih berguna dan bermanfaat. "Sebagian besar yang kita dampingi ternyata juga punya motivasi tinggi untuk maju dan berubah. Saya juga sedang menyiapkan kios untuk buka usaha batagor yang rencananya akan mempekerjakan pemuda yang putus sekolah tersebut," kata alumni pascasarhana Fakultas Demografi Universitas Indonesia. (*/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: