Para Relawan ODGJ di Banyumas: “Yang Sedih saat Mereka Ditolak Keluarga Sendiri”

Para Relawan ODGJ di Banyumas: “Yang Sedih saat Mereka Ditolak Keluarga Sendiri”

PEJUANG - Sapto Adi Wibowo (kiri) bersama rekan Relawan ODGJ Banyumas, seperti Emilia Prabasari (tengah) dan Teguh Purwoko (kanan). Mereka menjadi motor penggerak relawan ODGJ Banyumas saat ditemui di kantor basecamp di Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsospermades) Banyumas. (MAHDI/RADARMAS) Mereka benar-benar pejuang kemanusiaan. Kebanyakan orang memilih menghindar jika bertemu "orang gila". Tidak dengan mereka yang justru mendekat, merawat, hingga menyembuhkannya. Mahdi Sulistyadi, Purwokerto Sekelompok orang baik ini tergabung dalam Relawan ODGJ Banyumas. Mereka paham betul bagaimana memanusiakan manusia. Ratusan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) berhasil ditolong semenjak berdirinya komunitas ini. Relawan ini diinisiasi Sapto Adi Wibowo (31), serta beberapa rekannya. Sapto telah terbiasa berinteraksi dengan para ODGJ sejak lama. Yakni kisaran tahun 2017. Saat itu, dia membantu memandikan ODGJ di pinggir jalan. Setelah perawatan itu, Ia kemudian mempublikasikan melalui media sosial sepertyi Facebook. Akhirnya, ODGJ yang dibantu Sapto itu dipertemukan dengan keluarganya. Entah rasa apa yang dialaminya, mulai dari situ, muncul rasa ingin mempertemukan orang-orang yang hilang di jalanan untuk berkumpul lagi dengan keluarga mereka. "Tahun 2017 itu di Kebumen. Saya punya kebiasaan memandikan orang gila, lalu menggantikan bajunya, agar lebih baik," kata dia. Lantas, pada Desember tahun 2021, bersama dengan beberapa rekannya, seperti Emilia Prabasari (52) dan Teguh Purwoko (34), mereka membentuk relawan ODGJ Banyumas dan maju ke Notaris untuk dilegalkan. Tak hanya menolong ODGJ yang ada di jalanan yang dianggap menganggu itu, Ia pun berpikir untuk ikut merawat dan menyembuhkan pasien dengan gangguan jiwa. "Kita membersihkannya, memandikan bahkan kita bawa ke rumah sakit agar ditangani secara medis," kata dia. Relawan ini bekerjasama dengan dinas Dinas Kesehatan, Dikdukcapil, Dinsospermades, dan Rumah Sakit Banyumas serta beberapa instansi lainnya. Relawan ini terus membesar dari yang semula hanya lima orang, kini sudah 52 orang anggotanya. Langkah kemanusiaannya tak selalu berjalan mulus. Kadang, justru ditolak oleh keluarga dari ODGJ itu sendiri. https://radarbanyumas.co.id/ketua-dprd-banyumas-penanganan-odgj-harus-komprehensif/ "Yang menyedihkan adalah, ketika sudah bertemu dengan keluarganya, justru pihak keluarga tidak mengharapkan dan malah menyerahkan kembali pada kita," tuturnya. Bahkan, nyaris bisa dikatakan 90 persen dari ODGJ yang sudah berhasil ditangani itu ditolak oleh pihak keluarga. Sejak relawan ini terbentuk hingga tahun 2022 ini, setidaknya sudah lebih dari 300 ODGJ berhasil diselamatkan. PEJUANG - Sapto Adi Wibowo (kiri) bersama rekan Relawan ODGJ Banyumas, seperti Emilia Prabasari (tengah) dan Teguh Purwoko (kanan). Mereka menjadi motor penggerak relawan ODGJ Banyumas saat ditemui di kantor basecamp di Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsospermades) Banyumas. (MAHDI/RADARMAS) Para ODGJ ini ada yang dikembalikan lagi kepada keluarga, namun ada juga yang ditampung di panti rehabilitasi. Laporan soal adanya orang gila, selalu diterima oleh mereka. Bahkan, tiap hari nyaris 4-5 aduan. Lalu oleh mereka di assesment terlebih dulu. "Misalkan apakah ODGJ itu menganggu atau tidak, sudah berapa lama disitu, tidak cukup orang memotret dan lapor disitu ada orang gila," terangnya. Keikhlasan mereka tak perlulah diuji. Jangan bicara soal bayaran, bahkan untuk beberapa kasus, mereka harus iuran terlebih dahulu untuk menangani ODGJ. "Kendalanya adalah kita tidak punya kendaraan mobil jadi kalau ada evakuasi ODGJ kita pinjam, entah dari Dinas atau dari orang lain," katanya. Ada salah satu ODGJ yang kasusnya cukup membekas pada hati para relawan ini. Adalah ketika ada ODGJ yang hilang 23 tahun akhirnya dapat diketemukan lagi dengan keluarga. Bahkan, ketika berhasil ditolong oleh para relawan ini, ODGJ juga ikut dibantu untuk dibuatkan segala macam administrasi mulai dari fasilitas kesehatan hingga dokumen kependudukan. Bagi mereka, membantu ODGJ di jalanan untuk kemudian dirawat, bahkan disembuhkan, adalah kebahagian tersendiri. Yang tidak semua orang bisa mengerti. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: