Di Pasir Wetan, Karanglewas, Pisau Dapur Kualitas Ala Chef Diproduksi UMKM Pande Besi Putra Cendana Binaan YDB

Di Pasir Wetan, Karanglewas, Pisau Dapur Kualitas Ala Chef Diproduksi UMKM Pande Besi Putra Cendana Binaan YDB

PRODUKSI: Fajar Tri Anggoro (kaos lengan panjang), Pemilik UMKM Pande Besi Putra Cendana sedang menempa besi bersama rekannya di ruang produksi di Desa Pasir Wetan, Karanglewas, Banyumas, Sabtu (25/6). LAILY MEDIA Y/RADARMAS UMKM Putra Cendana di Desa Pasir Wetan, Karanglewas, Banyumas semakin melebarkan sayap. Dengan meningkatkan kualitas produksi pisau kualitas ala chef, diakui secara nasional. LAILY MEDIA Y, Purwokerto Lokasi Putra Cendana, tidak jauh dari pusat kota. Berjarak 4,5 km, memakan waktu 10 menit berkendara motor. Tempatnya masuk gang yang cukup dilewati satu motor, tetapi mudah dicari. Ada petunjuk yang mengarahkan mulai masuk gang. Lokasinya tidak jauh dari mulut gang. Begitu sampai tempat produksi Pande Besi Putra Cendana, Radarmas disambut Pemilik Putra Cendana, Fajar Tri Anggoro (26). Sembari ngobrol, Fajar juga turut serta menempa besi dari bara api, bersama empat pekerja lainnya. "Poduksinya setiap hari kecuali Minggu," katanya memulai percakapan. Fajar merupakan generasi keempat yang mengelola Putra Cendana. Usaha turun temurun dari buyutnya ini, sejak dulu memproduksi alat pertanian. Saat ini juga memproduksi golok dan pisau dapur. Putra Cendana yang merupakan UMKM binaan Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA), meningkatkan produksi pisau dapur sekelas yang dipakai para chef. Untuk itu, dibantu YDBA, melalukan penandatanganan MoU dengan Indonesian Chef Association (ICA). "Jadi kami produksi pisau, terus diuji oleh chef anggota ICA biar sesuai standar ala chef," ujar Fajar. Sampai sekarang baru generasi pertama yang diserahkan ke anggota ICA. Masih menunggu feedback dari ICA untuk penilaian kualitas pisau. Dinilai dari daya tahan dari karat, ketajamannya, dan bahan gagang pisau. Fajar mengatakan, untuk memenuhi kriteria itu, harus menggunakan bahan baku yang tepat. Apalagi referensi atau patokannya berupa pisau Victorinox, produk dari Swiss yang sering dipakai para chef di Indonesia. https://radarbanyumas.co.id/pandai-besi-butuh-regenerasi-eksistensi-empu-makin-surut/ "Kami coba produksi mendekati Victorinox, dan harapannya chef di Indonesia bahkan sampai luar negeri, pakai pisau buatan kami," katanya. Meskipun masih proses percobaan bagi anggota ICA, pada Mei kemarin, sudah kirim lima set pisau chef ke Swedia. Fajar ingin sekaligus mencari pasaran untuk pisau chef produksinya. PRODUKSI: Fajar Tri Anggoro (kaos lengan panjang), Pemilik UMKM Pande Besi Putra Cendana sedang menempa besi bersama rekannya di ruang produksi di Desa Pasir Wetan, Karanglewas, Banyumas, Sabtu (25/6). LAILY MEDIA Y/RADARMAS "Karena nanti ada generasi selanjutnya, sampai dapat bahan yang pas," imbuh Fajar. Dia menyampaikan, Putra Cendana merupakan anggota Paguyuban Gayeng Ruyeng. Anggota paguyuban tersebut yaitu para pandai besi yang ada di Karanglewas, yang terbentuk Maret 2020. Belum lama terbentuk, pelaku UMKM yang tergabung dalam paguyuban, dibantu YDBA. Di bawah binaan YDBA, Fajar mengaku sangat terbantu. Terutama untuk pemasaran. Di mana selama ini hanya sebatas pemasaran lokal. Terlebih saat pandemi covid-19, pesanan menurun, terutama saat diterapkan PPKM di akhir 2021. Dikarenakan banyak pasar tutup, dan angkutan barang tidak banyak yang jalan. Berdampak dengan proses produksi yang hanya tiga hari dalam seminggu. "Sekarang mulai ada kenaikan lagi, dan produksi full enam hari," ujarnya. Menurutnya, di bawah binaan YDBA sangat membantu. Selain memperluas relasi dan pemasaran, dilatih juga untuk mengenal jenis bahan baku, serta standarisasi produk, sehingga meningkatkan kualitas produk. Kondisi bengkel juga ada pelatihannya, agar selalu rapi dan mudah mencari barang. Masing-masing barang ditempatkan dalam rak yang diberi nama barangnya. Selain rapi, mudah dicari juga. Fajar menambahkan, dulu bersama teman-teman satu paguyuban berpikir kalau ikut pelatihan, pasti dapat uang saku dan sebagainya. Namun pelatihan dari YDBA justru lebih berharga. "Dari Astra, kami mengubah pola pikir itu, justru lewat pelatihan dari YDBA, kami dapat ilmu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan," pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: