Melihat Aksi Peduli Sosial Komunitas Trail Dlingo (KTD) Bantul, Kumpulkan 1.000 Ban Bekas Jadi Pengaman di Buk

Melihat Aksi Peduli Sosial Komunitas Trail Dlingo (KTD) Bantul, Kumpulkan 1.000 Ban Bekas Jadi Pengaman di Buk

PEDULI: Agus Unggu (dua dari kanan) dan anggota perwakilan Komunitas Trail Dlingo (KTD) berpose dekat tumpukan ban yang berhasil mereka kumpulkan.(SITI FATIMAH/RADAR JOGJA) Bekas dan sisa material kecelakaan maut Bukit Bego, Imogiri, masih ketara. Tapi ujung tebingnya sudah menghitam ditimbuni ratusan ban bekas. SITI FATIMAH, Bantul Belasan pria berkumpul di tepi Jalan Imogiri-Dlingo, Dusun Kedung Buweng, Wukirsari, Imogiri atau tepatnya di objek wisata Bukit Bego. Sebagian berjaga agar kendaraan yang melintas menurunkan kecepatan. Sebagian lagi riuh karena material ban bekas yang diturunkan justru menggelinding bebas. Melihat itu, koordinator donasi pengumpulan seribu ban bekas hanya melirik. Sebab, dirinya tengah dimintai informasi dari Dinas Perhubungan dan Polres Bantul. Mengenakan jaket berwarna hijau, pria itu tampak mencoba memastikan kegiatan yang dilakukannya aman. “Kami siap berkoordinasi,” ujarnya kepada Kepala Dishub Bantul Aris Suharyanta di Bukit Bego, kemarin (8/2). Belum dapat segera diwawancarai, pria 39 tahun ini tampak mendapat laporan dari anggotanya. Informasinya, ada beberapa komunitas yang segera meluncur ke Bukit Bego mengantarkan ban bekas untuk didonasikan. Tapi pria bertubuh tambun ini menjawab singkat, “Stop, nak rung mangkat (kalau belum berangkat, Red).” Saat sudah senggang, ayah dua orang anak ini memperkenalkan diri dengan nama Agus Ungu. Kemudian mengungkap bahwa aktivitas yang dilakukan oleh komunitasnya, Komunitas Trail Dlingo, muncul karena keprihatinan dan berupa spontanitas. “Kemarin ada kecelakaan dan korbannya banyak,” sesalnya. Nurani Agus terketuk saat tahu terjadi lagi kecelakaan di lokasi tempatnya biasa melakoni hobi trail. Jumlah korban yang meninggal dunia pun mencapai 13 orang. Di mana sebanyak 24 orang lain, masih dalam perawatan rumah sakit. “Senin (7/2) pagi, saya mulai mengumpulkan bas bekas. Tapi mulai datang (ke Bukit Bego, Red) Senin siang,” ujar ketua Komunitas Trail Dlingo itu. Selain mengumpulkan sendiri, Agus juga mengontak teman-temannya yang merupakan pemilik rental mobil. Tujuannya, meminta agar ban bekas yang dimiliki rela disumbangkan. Ia kemudian membuat pamflet digital untuk disebarkan melalui media sosial. “Itu bikinnya mendadak,” ungkapnya, sambil memperhatikan anggota dan donatur menyusun ban bekas. Warga Kalurahan Bantul, Kapanewon Bantul, Bantul, ini sedianya hanya menargetkan terkumpul 1.000 ban bekas. Kuota sudah hampir terpenuhi kemarin siang. Padahal beberapa donatur luar kota masih ada yang menghubunginya. Niat baik terpaksa ditolak, lantaran khawatir jumlah melebihi kuota dan material ban justru jadi sampah di Bukit Bego. “Ada dari luar kota ingin menyumbang, tapi kami prioritaskan yang dekat dulu,” bebernya, menunjuk tumpukan ban bekas yang tersusun di bukit itu. Kendati demikian, Agus mengatakan masih butuh rangka besi dan tali. Lantaran rencananya ban bekas yang berhasil dikumpulkan, hendak dijadikan pengaman sementara. Namun pemasangannya berkoordinasi dengan Dishub dan Polres Bantul. “Baru mau rapat, koordinasikan titik yang tepat dan penataannya,” ucapnya. https://radarbanyumas.co.id/khusus-sabtu-minggu-bus-akhirnya-dilarang-lewat-jalan-imogiri-dlingo-cegah-kecelakaan-karena-jalur-ekstrem/ Menanggapi hal ini, Kepala Dishub Bantul Aris Suharyanta menghargai kesigapan Agus dan KTD. Sebab, Aris pun sudah sejak lama mengetahui kerawanan lokasi. Untuk itu, dirinya mendesak pembangunan jalan penyelamatan di Bukit Bego ke Pemprov DIJ selaku pemangku jalan. Aris turut membeberkan kajiannya, dibutuhkan dua jalan penyelamatan. Sedianya dapat dibangun sebelum dan sesudah Bukit Bego. Jalan penyelamatan akan menggunakan material sirtu dengan luas sekitar 30-50 meter. Namun pembangunannya tidak dapat dilakukan di dua sisi jalan. Lantaran bagian selatan jalan berupa jurang. “Jadi cuma bisa di sisi utara,” tandasnya. “Kami usahakan secepat mungkin, karena anggaran di provinsi lebih leluasa dari yang di kabupaten,” jabarnya. (laz/radarjogja/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: