Mengenal Muhammad Khoerul Fadhli, Pemuda Milenial yang Sukses Bisnis Ayam Hias, Merak Putih Berharga Fantastis
ULET: Irul memperlihatkan burung merak biru dan putih yang dikembangkan di kandangnya di Jogonalan, Klaten, kemarin. (ANGGA PURENDA/RADAR SOLO) Muda berdaya. Sosok ini melekat pada Muhammad Khoerul Fadhil. Pemuda milenial asal Jogonalan, Klaten ini sukses berbisnis ayam hias. Seperti apa lika-liku dia membangun usahanya ini? ANGGA PURENDA, Klaten, Radar Solo Mungkin belum banyak yang tahu di tengah perkampungan di Desa Tangkisan Pos, Kecamatan Jogonalan, Klaten ini terdapat kandang ayam hias seluas 300 meter persegi. Kandang itu tepat berada di samping rumah Muhammad Khoerul Fadhli, 24. Saat Jawa Pos Radar Solo menyusuri kandang itu serasa sedang berada di kebun binatang. Berbagai jenis ayam hias dikembangkan oleh pemuda yang akrab disapa Irul ini di kandang yang dibagi dalam sejumlah ukuran itu. Mulai dari golden pheasant, silver pheasant, yellow pheasant hingga burung merak biru dan burung merak putih. Dari penjelasan Irul, diketahui ternyata burung merak masih termasuk dari keluarga ayam. Salah satu kandang tampak beberapa burung merak biru jantan yang memiliki bulu ekor yang indah. Apabila ekor itu mengembang akan memiliki diamter sekitar tiga meter yang biasanya untuk menarik sang betina. Harga satu pasangnya untuk indukan dijual sekitar Rp 35 juta dan anakan usia 1 hari sampai 1 bulan sekitar Rp 3,5 juta per ekor. Tapi burung merak biru itu bukanlah termahal yang dijual Irul dalam usaha bisnis ayam hiasnya. Melainkan burung merak putih yang memiliki harga Rp 50 juta untuk satu pasangnya karena keberadaannya sangat jarang. Meski begitu burung merak biru dan putih menurut Irul, bukan termasuk hewan yang dilindungi. Kini dari hasil berbisnis ayam hias itu, Irul sudah bisa membangun rumah hingga membeli sebidang tanah seluas 320 meter persegi. Tapi kesuksesan yang diraih di usia muda bukan datang secara tiba-tiba. Mengingat Irul sudah memulai usaha itu sejak duduk di bangku kuliah pada 2016 sebagai mahasiswa jurusan ilmu dan industri peternakan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja. “Awalnya dulu waktu kuliah membeli sepasang anakan ayam brahma usia satu bulan dengan harga Rp 500 ribu. Kemudian saya besarkan dan bertelur lalu saya jual untuk satu ekornya seharga Rp 200 ribu. Waktu itu sebagai mahasiswa sudah lumayan itu,” ucap Irul saat ditemui Jawa Pos Radar Solo di rumahnya, Sabtu (5/2) lalu. Irul yang memiliki hobi beternak ayam hias itu mengikuti beberapa program kewirausahaan mahasiswa hingga mendapatkan pembiayaan sekitar Rp 5 juta untuk membangun kandang. Mengingat saat itu minim lahan sehingga pengembangannya dalam bentuk mitra usaha dengan melakukan pemberdayaan. Irul membangunkan kandang, memberikan ayam hias untuk dirawat oleh mitra usahanya itu. Apabila laku maka diterapkan bagi hasil. Saat ini sudah ada lima mitra usaha yang didukungnya hingga pemberian pakannya sehari-hari. Di luar itu masih ada 28 mitra usaha yang lepas dari dukungannya tetapi memiliki kerjasama untuk jual beli ayam hias. “Kalau rata-rata penjualan dalam sebulan untuk seluruh jenis ayam hias ada 50 sampai 100 ekor. Sedangkan untuk khusus merak, dari anakan sampai indukan bisa sampai 40 ekor per bulan. Selama pandemi ini justru ada peningkatan,” ucap Irul yang baru lulus kuliah pada 2021 itu. Ada pun pasaran dari ayam hias yang dia tekuni itu seperti Jakarta dan Surabaya, terutama untuk kalangan menengah ke atas. Meski begitu, dia juga menargetkan pasaran untuk kalangan menengah ke bawah, dengan berjualan ayam hias yang berharga Rp 1,5 juta. Menariknya, mulai dari perawatan ternaknya hingga pengiriman ke luar kota dilakukan seorang diri saja. Dari bisnis usaha yang dia geluti itu kini Irul setidaknya bisa mencatatkan omzet cukup besar per bulan. Sebagian hasilnya juga digunakan untuk pengembangan usahanya, yakni membuat kandang lagi di samping rumahnya dengan luas 320 meter persegi. https://radarbanyumas.co.id/inspirasi-triyono-aswad-dalami-pembuatan-panah-lewat-kanal-youtube-kini-tembus-pasar-nusantara/ “Dari perawatannya juga cukup mudah seperti pada ayam umumnya. Tetapi memiliki daya tahan lebih bagus dan tahan dari penyakit meski sama-sama ungas. Jika hendak memulai usaha itu terpenting niat dan tekad, konsisten dan hasil akan mengikuti,” ujar dia. Dia pun mengajak anak muda untuk menggeluti usaha ternak ayam hias karena memiliki prospek bagus, belum banyak yang meliriknya. (*/bun/radarsolo/ttg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: