Wow, Layangan Senilai Rp 11 Juta Dirakit Setahun, Diterbangkan 10 Orang, Apa Saja Keistimewaannya?
HOBI: Yogi Prasetyo (tengah) warga Sumbermulyo, Kepek, Wonosari menunjukkan piagam penghargaan lomba layangan. (Gunawan/radar jogja) JOGJA – Layangan atau layang – layang tidak hanya menjadi mainan anak – anak. Remaja dan dewasa juga kerap menarik dan mengulurkan benang atau tali agar mainkan bisa tinggi melayang. Yogi Prasetyo misalnya. Pemuda 28 tahun ini bahkan rela mengeluarkan uang belasan juta untuk membuat satu layang-layang dan diterbangkan. Layangan jenis naga atau train naga milik Yogi Prasetyo diberi nama Sekar Jagat. Perlu waktu satu tahun pengerjaannya. Sebenarnya bagi dia merakit layangan bukan perkara sulit. Karena tahu butuh modal besar, Yogi menyisihkan gaji bulanan untuk sebuah proyek layang-layang raksasa tersebut. Layang-layangnya menyerupai naga terbang, atau makhluk mitologi berwujud reptil berukuran raksasa. Bagian kepala, tubuh sekaligus ekor didesain memanjang terberuraui. Pada bagian tubuh layangan terbuat dari kepingan kain yang ditempel pada rangka berbentuk lingkaran. Supaya muncul kesan garang dan cantik bagian kanan dan kiri kepingan lingkaran ditambahi hiasan. Nama layang-layang Naga Sekar Jagat sendiri diwakili oleh motif kain pada kepingan berangka bulat. Dalam kain nampak gambar kuncup bunga dengan latar belakang awan putih dan matahari. Dibutuhkan kain sepanjang sekitar 70 meter, dengan batang fiber rangka kepingan seberat delapan kilogram. Panjang layang-layang mencapai 110 meter terdiri dari 150 keping fiber. ”Bagian kepala naga, rangka memanfaatkan bambu. Penutupnya memakai busa kemudian dicat. Khusus bagian kepala menelan biaya sekitar Rp 2 juta,” kata warga Sumbermulyo, Kepek Wonosari itu. Proses pengerjaan layang-layang dilakukan di dalam rumahnya. Dibantu sekitar lima teman, untuk membantu pemotongan kain. Yogi mengaku desain layangan dibuat atas ide sendiri. Kain polos agar lebih menarik dimunculkan gambar relief yang identik dengan naga. Setelah kain terpotong sesuai dengan kebutuhan dilakukan pengecetan dengan hati-hati. “Kami mencoba mengerjakan serapi mungkin,” ungkapnya. Satu persatu potongan kain direkatkan dengan kerangka. Pihaknya memang tidak setiap hari mengerjakan proyek pribadi tersebut. Hanya digarap ketika waktu luang. Misalnya saat libur kerja. Kembali disampaikan, biaya pembuatan layang-layang raksasa modalnya tidak sedikit. Jika ada uang langsung dibelikan bahan, begitu seterusnya. “Total biaya produksi sekitar Rp 11 juta,” ucapnya. Apakah semua itu hanya sekedar memenuhi hasrat hobi? Kata Yogi, sebenarnya ada misi besar mengikut kompetisi layang-layang skala Nasional. Sebelum menuju kesana wajib dilakukan uji terbang. Tentu diperlukan lahan luas agar bisa naik ke angkasa. Dalam kesempatan ini Yogi berbagi tips menerbangkan layang-layang raksasa. “Sebelum diterbangkan, layang-layang ditata lurus memanjang. Kemudian dilakukan pengecekan kesiapannya, diantaranya tali-tali ada yang tersangkut atau tidak,” ujarnya. Setelah itu layang-layang dinaikkan dari bagian ekor, bersamaan bagian kepala ditarik ke depan. Menerbangkan layang-layang sebesar tidak cukup satu atau dua orang saja. Setidaknya butuh 10-an orang agar ketika sudah mengudara tidak ikut terkerek. https://radarbanyumas.co.id/rakit-pesawat-di-rumah-akhirnya-dibeli-republik-ceko-dan-dipesan-tni-au-dibuat-oleh-lulusan-stm-di-lamongan/ “Karena saat terbang layang-layang naga daya tarik ke atasnya cukup kuat,” bebernya. Kata Yogi, para penghobi layang-layang juga mengajarkan nilai kebaikan. Mulai dari kekompakan tim dalam bekerja , hingga mampu menjaga persatuan dan kesatuan. Mengikuti even layangan nasional semakin merekatkan masyarakat antardaerah. “Selain layangan naga, ada juga layangan lain seperti kineti da purba dapat podium tiga dan lima tingkat nasional,” ungkapnya. (gun/pra/radarjogja/ttg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: