"Kol Kota" Purwokerto, Masa Jayanya Telah Hilang - Riwayatmu Kini

DIMAS PRABOWO/RADAR BANYUMAS MENUNGGU : Pengemudi angkutan kota mangkal di warung pinggir jalan Pasar Wage saat menunggu penumpang. Mengatasi sepinya penumpang, angkutan kota Purwokerto kini tak menggunakan jalur trayek. YANTO masih bengong menunggu pelanggan. Siang bolong dan terik itu, memaksanya berhutang es teh di warung langganan di Terminal Bulupitu. Dia telah berpuluh tahun menjadi sopir angkutan kota. Masa jayanya telah hilang. Dulu, bertahun silam, angkutan kota menjadi yang ditunggu penumpang. Angkutan kota jamak disebut Kol Kota. "Dulu bahkan kita sampai tolak penumpang karena penuh," ujarnya. Sekarang, ya boro-boro. Saban hari, ia berharap akan ada penumpang lain di luar pelanggannya. Satu-satunya harapan untuk menyambung hidup, serta memutar kembali roda angkutan dikemudian hari. https://radarbanyumas.co.id/tahun-2021-angkutan-umum-di-banyumas-bakal-terapkan-konsep-buy-the-service/ Hiruk pikuk teknologi semakin menggerus pendapatannya. Satu demi satu pelanggan, semakin meninggalkan. "Sekarang bawa uang Rp 50 ribu juga sudah untung," kata dia. Tak hanya soal kemajuan transportasi masa kini. Pandemi turut memukul telak kondisi. Pengalamannya itu, tak jauh seperti yang disampaikan Kepala Dinhub Banyumas, Agus Nur Hadie. Beberapa waktu lalu, dirinya sempat berjumpa dengan para sopir angkot. "Kita menghampiri para sopir angkot. Dari cerita mereka, bahkan untuk setoran saja sekarang hanya 30 persen," ujarnya. Kalau dulu, lanjut dia, setor bisa sampai Rp 60 ribu. Sekarang, paling Rp 25 ribu per hari. "Akibat pandemi, juga angkutan online," kata dia. Dinhub Sebut Tak Terbit Trayek Terlebih, lanjut Agus, saat ini kecenderungan tidak lagi menggunakan trayek yang sesuai plang yang biasanya tertera di atas angkot. "Sekarang sudah tidak ada lagi, sudah dilepas dan tidak dipakai," ujarnya. "Bahkan juga sudah banyak sopir yang tidak berangkat atau tidak jalan lagi," tambahnya. Kebanyakan dari mereka, sudah menerapkan seperti model angkutan online. Namun tidak dengan aplikasi. Bertemu dilokasi "nyang-nyangan" harga, deal, ya diantar. "Sebab kalau menurut mereka, mengikuti trayek sulit dapat penumpang," tuturnya. Kedepan, lanjut Agus, mereka menjadi salah satu perhatian Dinhub Banyumas. "Rencana untuk mereka ada, akan kita pikirkan. Terlebih, mereka juga mungkin akan terimbas juga dari program BTS," tandasnya. (mhd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: