Kisah Petugas Pemulasaran Jenazah, Pengabdian Tiada Henti Terkait Covid, Sehari Pernah Delapan Jenazah yang Di
MAKAMKAN PASIEN - Petugas usai memandikan jenazah langsung memakamkan pasien Covid-19 dengan tetap mengenakan baju hazmat. AGUS/RATEG TAK hanya dokter dan perawat saja yang berhadapan langsung dengan pasien positif Covid-19. Petugas pemulasaran jenazah pun sama. Mereka bisa dibilang menjadi garda terdepan. Bahkan, konswekensi dari profesi yang dilakoninya, mereka rentan dikucilkan masyarakat. Wajar, karena hingga kini virus Corona membuat masyarakat ketakutan. Ditambah lagi, saat melakukan tugas, mereka wajib mengenakan baju hazmat selama berjam- jam. https://radarbanyumas.co.id/warga-desa-lebeng-sumpiuh-dilatih-pemulasaran-jenazah/ ''Meski saya yakin hidup, mati dan jodoh di tangan Tuhan, namun saya harus tetap menjaga diri dan keluarga dari paparan virus ini,” ungkap Trilaksito, salah satu dari enam petugas pemulasaran jenazah di RSUD Kardinah Kota Tegal, Kamis (12/11). Pria 54 tahun itu mengaku harus tetap siaga selama 24 jam untuk mengurus jenazah Covid-19. “Jam berapa pun ada pasien Covid-19 meninggal dunia, saya harus melaksanakan tugas. Meskipun itu dini hari. Termasuk mengubur jenazahnya,'' katanya. Seperti tiga hari lalu, Senin (9/11), dia mendapatkan panggilan tugas pukul 02.00 WIB. Tidak disangka, ternyata ada delapan jenazah yang harus diurus. Besoknya, mendapat panggilan lagi untuk mengurus dua jenazah. Tri menambahkan, sudah lebih dari 60 jenazah yang dia urus selama pandemi Covid-19. Sejak April 2020, pihaknya tidak bisa kemana-mana. ''Harus siap menerima panggilan dan HP harus aktif terus. Jam berapapun karena kami punya tenaga yang terbatas, semua berangkat,'' tegasnya. Dia menambahkan, delapan tahun menjadi petugas pemulasaran jenazah, baru tahun ini merasakan nikmatnya menjalankan tugasnya, yakni saat ada pandemi virus Corona. ''Tugas kami sangat kompleks. Mulai mengevakuasi ke ruang jenazah, membersihkan, mengkafani, hingga memasukan dalam peti,'' katanya. Setelah itu, dia masih harus mengantarkan peti jenazah ke lokasi pemakaman. Selama melaksanakan tugas dia harus tetap mengenakan baju hazmat. Baik saat mengevakuasi jenazah maupun saat mengantar jenazah di dalam mobil ambulans. ''Kami juga tidak boleh minum saat memakai baju hazmat. Itu sudah menjadi standar proteksi,'' tukasnya. Meski dirinya yakin tugasnya itu sangat mulia, namun rasa kekhawatiran tetap ada, terutama menjaga kesehatan keluarga di rumah. Dia dan rekan-rekannya selalu khawatir saat pulang ke rumah dan bertemu keluarga. ''Pertama kali menangani jenazah yang meninggal dunia karena Covid-19, semua petugas tidak ada yang berani pulang ke rumah. Akhirnya kami tidur di RS hanya beralaskan tikar. Mengatasi kekhawatiran itu, akhirnya pihak RS memberikan Rapid Tes. Alhamdulillah, semua teman-teman hasilnya negatif dan petugas tidak lagi memiliki kekhawatiran berlebihan,'' pungkasnya. (gus/wan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: