ACT Jateng Distribusi Beras untuk Pesantren Lansia di Semarang

ACT Jateng Distribusi Beras untuk Pesantren Lansia di Semarang

Pesantren memang identik dengan tempat pendidikan bagi anak-anak untuk belajar agama. Namun, ada yang menarik dengan Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat karena di sana adalah Pondok Pesantren Khusus lansia yang bergerak di bidang kemanusiaan, pedidikan, sosial, dan keagamaann. Pesantren ini berada di Dukuh Karajan, DesaGedong, RT 03 RW 01 Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.Setidaknya terdapat 160 binaan santri lanjut usia yang belajar di sana baik yang bermukim ataupun sekedar mengaji paruh waktu. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan para santri lansia disana, tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jawa Tengah bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) berhasil mendistribusikan 1 ton beras dalam program Berisi “Beras untuk Santri Indonesia” pada (30/10) lalu. https://radarbanyumas.co.id/ikhtiar-global-wakaf-act-mendorong-kedaulatan-pangan-bangsa/ Hamas Rausyanfikr Head of Program ACT Jateng menyampaikan program Berisi terus berjalan meski ditengah pandemi. “Hingga saat ini lebih dari 25 pondok pesantren mendapatkan manfaat Berisi tersebar di berbagai kota di Jawa Tengah,” ungkap Hamas. Tim ACT-MRI Jateng mendapat sambutan secara langsung dari Direktur Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat, Ustadz Solikin. “Terimakasih atas bantuan yang diberikan dari para dermawan, semoga menjadi berkah untuk kita semua,”ungkapnya. Para santri yang belajar di sana juga mendapatkan perhatian khusus lantaran usia dan resiko le bih rentan terhadap penyakit. “Kami mempunyai 160 binaan yang tersebar di 3 kecamatan yaitu Banyubiru, Bancak, dan Pabelan. Kita berharap bahwa Al-Quran akan menjadi teman di usia senja mereka. Santri ini juga memilki resiko tinggi dan masuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial dari Dinas Sosial,” imbuh Solikin. Salah satu penerima manfaat yaitu Mbah Rukinah usia 69 tahun. Mbah Rukinah merupakan seorang lansia penjual gorengan dan bubur di pagihari, usai berjualan ia biasanya dating kepondok untuk mengaji. “Sebelum di pesantren saya belum bias ngaji, Alhamdulillah sekarang sudah bias membaca buku iqro jilid 4,” ungkap mbah Rukinah dalam aksen Jawanya. Dalam kesempatan wawancara dengan tim ACT, mbah Rukinah mengungkapkan kebanggaanya karena sang cucu sudah bisa membaca Al-Quran meskipun masih kelas 3 SD. “Meskipun sudah tua saya tetap ingin belajar. Pesan saya kepada anak-anak muda tetap semangat belajar agar menjadi orang pintar jangan seperti saya yang sudah tua tapi masih belum bisa ngaji,” pungkasnya memberikan nasihat. (rdr/den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: