Sudah Kuburkan 250 Jenazah, Terkadang tanpa Dibayar, Kisah Juri: Relawan Pengubur Jenazah Covid-19 di TPU Jati
KERJA IKHLAS: Juri, relawan TPU Jatisari sedang memperbaiki makam yang amblas akibat diguyur hujan. (Luqman Sulistiyawan/Jawa Pos Radar Semarang) SEMARANG – Usianya sudah tidak muda lagi. 73 tahun. Tapi, semangatnya luar biasa. Adalah Juri, relawan pengubur jenazah di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jatisari, Mijen, Semarang. Sehari-hari, dia menguburkan jenazah Covid-19 di Kota Semarang. https://radarbanyumas.co.id/mengenal-ari-wibowo-warga-sokaraja-perajin-rumah-kertas-leluhur-mengaku-pernah-mimpi-didatangi-arwah/ Siang itu, terik matahari begitu menyengat. Laki-laki tua berkulit hitam tampak sedang membenahi lubang makam di TPU Jatisari. TPU ini digunakan untuk mengubur jenazah Covid-19 di Kota Semarang. Ia adalah Juri. Relawan yang membantu menguburkan jenazah Covid-19 di TPU Jatisari, Kota Semarang. Dengan keringat yang masih basah, Juri bercerita siang itu baru membenahi makam yang amblas akibat hujan semalam. “Tadi malam ada makam yang amblas, makanya saya perbaiki” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Semarang. Sejak banyak orang meninggal akibat Covid-19 di Kota Semarang, hampir setiap malam ia selalu bertugas menguruk makam dan membantu menguburkan jenazah Covid-19. Dalam sehari, ia rata-rata menguburkan tiga sampai enam jenazah, dibantu dengan beberapa relawan lainnya. “Setelah digali pakai alat berat, kami yang bertugas menguruk bahkan juga membantu menguburkan” katanya. Seringkali Juri harus begadang sampai subuh untuk menunggu jenazah yang bakal dikuburkan. Sebab, rata-rata jenazah pasien Covid-19 diantar oleh pihak rumah sakit saat tengah malam maupun dini hari. Saat menguruk makam, cukup banyak mengeluarkan tenaga, karena tanah yang digali dengan alat berat lokasinya cukup jauh dari lubang. Belum lagi, saat dilanda hujan, lokasi TPU Jatisari menjadi licin dan semakin menyulitkannya. Dengan raut wajah sumringah, Juri menuturkan bahwa sama sekali tidak takut menguruk dan menguburkan jenazah Covid-19, karena yakin alat pelindung diri (APD) yang digunakan mampu melindungi. Ia mengaku, selama bertugas di TPU Jatisari sudah menguburkan kurang lebih 250 orang jenazah Covid-19. Dalam menjalankan tugasnya, Juri tidak mendapat gaji, melainkan hanya mendapat pesangon dari keluarga jenazah. Bahkan kadang kala harus ikhlas bertugas tanpa dibayar. Karena banyak juga yang tidak membayar uang pesangon ataupun hanya memberi pesangon yang jauh dari wajar. “Kalau dikasih pesangon Alhamdulillah, kalau tidak dikasih juga nggak papa, saya ikhlas” tutur warga Sumber Mulyo, Jatisari, Mijen ini. Setelah selesai menguburkan jenazah Covid-19, Juri pun tidak lepas tangan, tetapi tetap merawat dengan membersihkan maupun memperbaiki jika ada makam yang rusak. Ia merasa hal tersebut telah menjadi tanggung jawabnya meski tidak dibayar. Walaupun bertugas di TPU yang digunakan untuk mengubur jenazah Covid-19, masyarakat di kampungnya tidak pernah mempermasalahkan, bahkan justru memberikan dukungan, karena sangat membantu masyarakat luas di tengah pandemi saat ini. “Yang jelas, setelah menguburkan jenazah, saya langsung mandi dan ganti pakai dulu, baru setelah itu pulang. Biar aman,” katanya. (cr2/aro)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: