RendezvouS Lahir Kembali
Podcast Radarmas bertajuk RendezvouS telah tayang perdana. Yudhis Fajar, Pemred Radar Banyumas Yang terpikir kali pertama ialah : ini latah. Saat anak-anak online di Radar Banyumas menawarkan program podcast. Keputusan tak langsung diambil. Tidak diiyakan pun tidak ditolak. Ide itu diendapkan terlebih dulu. Itu beberapa bulan lalu. Podcast sedang ngetrend. Panggungnya YouTube. Salah satu platform medsos yang begitu populer. Riset We Are Social merilis: tahun ini ada 160 juta pengguna aktif media sosial di Indonesia. YouTube bertengger di puncak dari beragam medsos lain. https://radarbanyumas.co.id/22-tahun-radar-banyumas-tetap-optimis-meski-tantangan-makin-berat/ Bukan untung rugi yang jadi pertimbangan utama. Tentu pula bukan soal bisa atau tidak kami membuat podcast. Kami bersama terbiasa dan bersedia terus belajar. Yang semula tak bisa jadi bisa ketika mau berlatih. Soal penilaian bukan hak kami sepenuhnya. Biar khalayak yang menilai. Yang lebih substansi ialah seberapa jauh kebermanfaatannya. Keliatannya klise dan basa basi. Namun setidaknya harus ada alasan bagi kami. Satu saja cukup. Biar yakin menjalaninya. Sekaligus istiqomah. Waktu berjalan. Keputusan membuat podcast belum diambil. Anak-anak online semakin rajin mengajak ngopi. Alasan kenapa perlu podcast diberikan. Mulai sedang nge-hits, obrolan santai tapi berisi dan tak terikat banyak aturan, sampai untuk sekadar ngisi 'content' di YouTube Radar Banyumas. "Mohon maaf, alasan-alasan itu belum bisa diterima," kata saya. Buru-buru sisa kopi di gelas saya habiskan. Selepas itu, ajakan ngopi justru tak surut. Hampir tiap siang. Sejatinya tak ada yang keliru dari beragam alasan kenapa Radar Banyumas perlu bikin program podcast. Yang tidak pas ialah mereka meminta saya menjadi host-nya. Saya tidak pede. Tapi, melihat betapa bulatnya tekad anak-anak online itu, hati ini tergerak. Satu alasan sudah ditemukan. Anak-anak online punya semangat. Ada antusias. Saya mencoba menawar : host jangan cuma satu. Biar kalau jelek, saya punya teman. Wkwkwk. Yang tak disangka ialah permintaan itu langsung disetujui. Kami pun merancang apa yang mesti disiapkan. Koridornya: ekonomis namun tak malu-maluin. Soal teknis alat dan ruangan ada tim yang menyanggupi. Selanjutnya soal nama. Tak butuh waktu berlarut. Kami pilih nama RendezvouS. Itu nama rubrik yang pernah ada di Radar Banyumas. Artinya tempat pertemuan. Saat googling, didapat tulisan : Rendezvous masuk ke dalam bahasa Inggris yaitu bahasa Jermanik. Pertama kali dituturkan di Inggris abad pertengahan awal. Saat ini kata Rendezvous jamak dipakai di penjuru bumi. Dulu, halaman RendezvouS memuat profil komunitas, tokoh, atau juga tentang kisah-kisah saat reuni. Di panggung YouTube, RendezvouS Radar Banyumas pun mengangkat hal yang tak jauh berbeda. Ini tempat pertemuan kami. Sekaligus ruang kita bersama. Ruang berbincang dan bergembira. Berbagi kisah, pengetahuan, tips atau pandangan terhadap berbagai kejadian. Ini panggung kita bersama. Alhamdulillah ada ide dan gagasan baru. Syukur-syukur pula bisa menginspirasi. Toh, satu alasan utama sudah dikantongi yakni semangat. Akhirnya, podcast Radarmas bertajuk RendezvouS telah tayang perdana. Senin, 21 September 2020. Pas dengan Ultah Radarmas ke-22. Kita bisa melihat tayangannya di channel YouTube Radar Banyumas. RendezvouS lahir kembali. https://www.youtube.com/watch?v=gdcDFgIgwu8 RendezvouS di channel YouTube Radar Banyumas, melengkapi tayangan sebelumnya. Seperti Ngendong dan Mblakethaket. Kaum redaksi cetak juga tak mau ketinggalan. Mereka minta satu slot. Namanya Obrolan Redaksi. Jika berkenan, tunggu saja tayangnya nanti. Hehe.... Mereka sudah lumayan pede. Mungkin ada tanya di benak pembaca, setelah 22 tahun, apa Radar Banyumas tidak fokus berpikir koran saja? Tentu saja kami fokus. Kami tak pernah sekalipun berpikir menomorduakan koran. Sekarang era konvergensi media. Berbagai "content" yang ada kita sampaikan ke khalayak dengan beragam saluran. Mulai dari koran cetak, newsonline, facebook, instagram, dan YouTube. Namun tentu berbeda format dan gaya penyajiannya. Persebaran informasi yang semakin massif akan menambah kuat dampaknya. Apa tak boros energi dan bikin gampang lelah? Ah..seperti kata Pak Direktur Radar Banyumas, Hary Agus Triono. Demi berkarya, awak Radar Banyumas itu "wani perih". Demi pembaca dan seluruh stakeholder Radar Banyumas, semangat kami murub terus. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: