Mutiara Ramadan: Meneladani Puasa Nabi Zakaria
KH Dzul Bashor MZ MSi ketua MUI Kabupaten Cilacap Dalam ajaran islam, banyak jenis puasa yang dipraktekkan dan dikisahkan dalam Al Quran. Seperti puasa Nabi Daud, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi berbeda dengan puasanya orang jawa, puasa dalam islam tidak meninggalkan secara total aktiVitas duniawi dan tetap isitirahat ketika malam hari, serta makan sahur sesaat sebelum dimulainya puasa. Seperti puasa yang dilakukan oleh Nabi Zakaria. Puasa yang dilakukan oleh Nabi Zakaria yang menginginkan anak, namun usianya sudah sangat lanjut. Dengan mendapat wahyu, akhirnya ia melakukan puasa mulut tidak berbicara selama tiga hari tiga malam secara berturut-turut. Di dalam hadits-hadits mashur sendiri, belum dapat yang mengulas tentang puasa Nabi Zakaria ini. Namun di dalam Al Qur'an, ada 2 surat yang menerangkan dengan jelas apa fungsi puasa Zakaria dan bagaimana melakukan puasa Zakaria. Surat-surat tersebut adalah Surat Maryam, ayat 1 s/d 11 dan Surat Ali Imron, ayat 38 s/d 41. Di sanalah Zakaria mendo'a kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". Alasan kedukaan dan kesedihan Nabi Zakaria AS karena beliau tidak memiliki putera dan diantara orang-orang terdekat beliau tidak terdapat seseorang yang akan melanjutkan jalannya. Oleh karena itulah beliau as sangat bersedih karena obor hidayat yang sejak dahulu menyala di dalam keluarganya dan turun menurun dari ayah-ayahnya akan padam. Ditambah Nabi Zakaria diperintahkan oleh Allah SWT untuk berpuasa bicara justru ketika menerima nikmat sebagai rasa syukur kepada Nya (QSMaryam : 10 ). Karena menerima anugerah dari Allah SWT dengan kehadiran seorang putra ketika usia telah senja. Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh". Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?". Allah berfirman: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya." Manfaat puasa Zakaria sungguh luar biasa. Ketika selesai selama waktu tiga hari tiga malam tersebut kita kembali berkumpul bersama keluarga dan setelah itu baru terasa manfaatnya. Yakni setiap kita akan berbicara maka kita masih terasa dalam keadaan berpuasa mulut yaitu puasa Zakaria. Sehingga kita akan sangat berhati-hati ketika berbicara. Dan ada yang jauh lebih baik dari itu, yaitu kita diberi sesuatu yang kita inginkan. Selain itu, puasa Nabi Zakaria bisa menjadi pembuka jalan bagi pasangan yang ingin memiliki keturunan. Dengan adanya kisah ini, pasangan yang telah lama belum dikaruniai anak pun bisa mencontohkannya yang jelas-jelas sesuai petunjuk agama Islam. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: