Mutiara Ramadan: Puasa Menjadikan Manusia Mulia

Mutiara Ramadan: Puasa Menjadikan Manusia Mulia

M Wahyu Fauzi Azis SH Oleh: M Wahyu Fauzi Azis SH Puasa secara bahasa bermakna menahan. Adapun secara istilah bermakna, ibadah kepada Allah ta’ala yang disertai niat, dengan menahan diri dari makan, minum dan seluruh perkara yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar sampai terbenam matahari, yang dilakukan oleh orang tertentu dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Ibadah puasa merupakan rukun islam yang apabila dilakukan secara baik akan menjadikan kita menjadi orang yang muttaqin (mulia di sisi Allah SWT) “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [Al-Baqoroh: 183). Yang menjadi pertanyaan kita bersama adalah apakah puasa yang selama ini kita lakukan betul-betul dapat menjadikan kita orang yang mutaqin? Karena apa bila kita melihat banyak orang yang ada di sekitar, secara lahir mereka berpuasa tapi masih melakukan perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah SWT. Mulutnya masih sering berdusta. Bahkan masih sering mengeluarkan kata-kata kotor. Matanya masih sering digunakan untuk melihat yang ma’siyat, tidak baik dan perkara yang tidak diridhoil Allah SWT. Telinganya masih digunakan untuk mendengarkan sesuatu yang tidak baik, yang menjauhkan kita dari Allah SWT. Bahkan ada yang berpuasa tapi tidak salat dan masih melakukan kemaksiatan. Kalau seperti ini, kita harus ingat sabda Rosulullah saw. “Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” Hal tersebut terjadi karena ia tidak berpuasa dari apa yang Allah Ta’ala haramkan. Ia seakan menganggap bahwa puasa itu hanya menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa secara dzahir saja. Di dalam hadits disebutkan: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan selalu mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh kepada puasanya.” Selain itu, hakikat puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat kita. Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam hadits: “Bukanlah puasa itu sebatas menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi puasa adalah menjauhi perkara yang sia-sia dan kata-kata kotor.” Dari sabda Rosululah saw inilah yang menjadikan peringatan terhadapa ibadah puasa kita. Bahwa puasa akan menjadikan diri kita istimewa di sisi Allah SWT jika menahan diri kita disamping makan dan minum hubungan suami istri juga seluruh anggota panca indera kita dijaga dari melakukan perbuatan yang tidak di ridhoi Allah SWT. Sabda rosululah saw : ketika berpuasa maka berpuasalah matamu, telingamu, lisanmu dari berdusta dan melakukan perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT. Makan, minum, hubungan suami istri merupakan kekuatannya nafsu. Oleh karena itu, di dalam bulan ramadan kekuatan nafsu dikurangi. Dengan kita berpusa secara dzahir agar dalam melaksanakan jihad, kita akan menjadi pemenang. Di bulan ramadan ini kita sedang melakukan peperangan yang besar (jihad Akbar) sebagaimana sabda rosulullah saw ketika beliau baru pulang dari Perang Badar. Beliau berkata kepada para sahabat kita ini baru saja pulang dari jihadul asghor (jihad kecil). Perang Badar yang taruhannya nyawa dikatakan jihad yang kecil. Lalu para sahabat bertanya lagi. Lalu apakah yang dimaksud jihad yang besar ya rosulullah. Beliau menjawab jihadunnafsi (bertarung mengedalikan hawa nafsu yang ada pada diri kita masing masing) ini yang kita lakukan di bulan ramadan melaksanakan jihadul akbar. Jika kita bisa menang mengendalikan nafsu kita akan menjadi manusia yang istimewa di sisi allah (mutaqin). Kita harus ingat allah swt menciptakan mahluk yang bernama malaikat yang diberi keutamaan dengan mempunyi akal tidak punya nafsu. Dengan akalnya malaikat selalu mengagungkan asma Allah swt karena menyadari bahwa dia adalah abdullah, hamba allah swt. Lalu ada makhluk Allah yang lain yaitu hayawan/hewan yang mempunyai nafsu tidak mempunya akal. Dengan nafsunya hewan bertidak semaunya sendiri karenat tidak punya akal. Makhluk allah swt yang lain yaitu manusia, yang mempunyai akal dan nafsu. Jika kita berhasil mengendalikan nafsu maka kita akan dekat dengan sifat para malaikat bahkan bisa lebih hebat dari malaikat dekat dengan ridho Allah SWT. Sebaliknya, jika nafsu mengendalikan akal kita, maka kita akan diperbudak nafsu. Kita akan menjadi hamba nafsu, hamba dunia, hamba harta. Inilah yang disebut di dalam Alquran. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS : al-A’raf :179). Inilah tugas terbesar manusia di dunia ini untuk menjadi abdulah, hamba Allah swt, bukan hamba nafsu. Setelah kita bisa mengendalikan nafsu kita di bulan ramadan ini, maka kita akan betul betul menjadi abdullah sehingga nantinya bisa memperoleh derajat muttaqin atau orang yang istimewa di sisi Allah SWT. Amin. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: