Mutiara Ramadan: Capai Taqwa di Ramadan
Oleh : H. Sukarno P Pengurus BAZNAS Kabupaten Purbalingga Layaknya seorang tamu agung, Bulan Ramadan harus istimewa dalam menjalaninya. Karena Bulan Ramadan adalah bulan pilihan yang banyak memiliki keutamaan, penuh rahmat, barakah dan maghfirah. Allah memberikan nilai plus untuk bulan ini, bahkan memilihnya sebagai sebagai bulan diturunkan di dalamnya Al Qur’an Al Karim. Saking utamanya bulan itu, Allah sengaja menutup pintu-pintu neraka dan membuka lebar-lebar pintu surga dalam sebulan penuh. Sudah selayaknya kaum Muslimin memanfaatkan penghargaan Allah ini dengan sebaik-baiknya. Dengan keutamaannya di satu sisi, bulan Ramadan juga menjadi tantangan sekaligus ujian kualitas ketaqwaan, iman dan amal kaum Muslimin. “Hai orang-orang beriman” kata Allah dalam QS 2 : 183. Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. Tujuan utama dari ibadah puasa adalah meraih predikat taqwa yang sebenarnya. Bagi mereka yang belum memahami filosofi puasa mungkin akan berkata bahwa puasa adalah tidak makan, tidak minum, dan tidak melakukan jima’. Padahal itu hanya sebagian aspek yang berkaitan dengan perut saja. Bagaimana dengan mata, telinga, hidung, lidah, kaki, tangan dan sebagainya? Tentunya seluruh anggota badan tersebut harus dijaga dari dosa-dosa, sehingga ibadah puasa yang sebenarnya bida dilaksanakan. Mata tidak untuk melihat sesuatu yang diharamkan. Telinga dan lidah tidak digunakan untuk mendengarkan atau mengatakan perkataan kotor dan keji. Kaki tidak digunakan untuk melangkah ke tempat-tempat maksiat. Tangan tidak untuk melakukan perbuatan jahat. "Barangsiapa tidak bisa meninggalkan perkataan kotor dan perbuatan kotor (selama berpuasa)” Kata rasulullah SAW, “Maka Allah tidak sedikitpun menginginkan dia untuk meninggalkan makan dan minum (berpuasa)". (HR Bukhari). Tujuan utama disyariatkan ibadah pada bulan ramadan adalah untuk meningkatkan ketaqwaan orang-orang yang beriman, sesuai dengan QS Al Baqarah ayat 183 yang artinya : “Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa” (2:197). Ketika seorang sahabat Rasulullah meminta pesan singkat yang akan dijadikan sebagai pegangan hidupnya sehari-hari, Rasulullah mewariskannya dengan pesan : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada”. Dengan bekal taqwa, segala urusan dan problem yang kita hadapi akan teratasi (65:2). Krisis multidimensi yang seluruh pakar bingung mengatasinya dapat diselesaikan dengan taqwa. Dengan bekal taqwa, Allah akan memudahkan rezeki kita (65 : 4). Dengan bekal taqwa pula, amal ibadah kita akan diterima Allah SWT (5:27) dan Insya Allah kelak kita akan dimasukkan ke dalam surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan (52:17). Dari tinjauan etimologi, taqwa bisa berarti takut, bisa pula berarti menangkal, melindungi dan mencegah. Dalam dialog Umar bin Khattab dengan Ubai bin Ka’ab tentang taqwa dapat kita pahami bahwa taqwa adalah sikap waspada, hati-hati yang penuh dengan kesungguhan dalam meniti kehidupan, tak ubahnya seperti orang yang ingin selamat ke tempat tujuan dalam melintasi jalan yang penuh onak dan duri, jalan yang penuh rintangan. Wallahu a’lam bis shawab
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: