Mutiara Ramadan: Ngalap Berkah Ramadan

Mutiara Ramadan: Ngalap Berkah Ramadan

KH Maslahuddin KH Maslahuddin Ketua Tanfidziyah PCNU Cilacap Nabi Muhammad begitu bergembira menyambut Ramadan. "Bila saja tahu kenikmatan di dalamnya, pastilah umatku akan memohon agar setiap bulan adalah Ramadan!" Kebahagiaan apakah yang membuat Sang Nabi begitu bersedih ketika hendak berpisah dengan bulan ini? Bercerita kenikmatan di dalam ramadan adalah kemahapemurahan Allah SWT. Sebab itu bulan suci ramadan merupakan kesempatan terbaik menebalkan ketakwaan bagi umat Muhammad untuk mencari barakah (ngalap berkah). Kemahapemurahan Allah SWT di bulan suci ini, dengan menggandakan pahala setiap amalan ibadah 70 kali lipat serta adanya kemuliaan di malam lailatul qadar, yang dalam Al-Quran digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Syarat mendapat kemahapemurahan Allah SWT pun sangatlah sayang untuk ditampik, sebab cukup ringan, dimana kedisiplinan ketakwaan diuji dengan menjalani puasa dari mulai terbit fajar sampai tenggelam matahari dengan menghindari larangan yang dapat membatalkan puasa. Menjalani puasa dengan ikhlas menjadi tolak ukur ketakwaan pada Allah. Kewajiban puasa memang sudah diberlakukan pada umat-umat terdahulu. Hanya ada aturan yang bebeda-beda, dan umat Muhammad cukup ringan hanya wajib menjalankan puasa di bulan Ramadan. Kemahapemurahan Allah SWT di bulan Ramadan dan bagi umatnya yang menjalankan puasa dalam konteks sejarah diceritakan dalam perang Badar yang terjadi pada Jum'at 2 Ramadan tahun ke-2 hijrah. Perang ini melibatkan tentara Islam sebanyak 313 anggota berhadapan dengan 1000 tentara musyrikin yang lengkap bersenjata. Meski kurang dari sisi jumlah, persenjataan, dan dalam kondisi berpuasa, seperti diketahui tentara Islam memenangkan pertempuran. Ini membuktikan puasa bukan penyebab lemah dan malas. Tapi berjuang demi mendapat keridhaan Allah, pasti mencapai berkah kemenangan sebagai kemahapemurahan Allah SWT pada umatnya. Konteks sejarah yang lain, peristiwa besar yang terjadi bertepatan bulan Ramadan yakni pembebasan mekkah (Fatkhul Makkah) yang terjadi pada tahun 630 tpatya pada tanggal 10 Ramadan 8 H. Nabi Muhammad kala itu bersama 10.000 pasukannya bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kemudian menguasai Mekkah secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah. Di bulan Ramadhan pula, tepatnya tahun ke-10 Hijrah, Islam sampai ke Yaman dimana Nabi Muhammad mengutus Ali bin Abi Thalib. Dalam periode satu hari, penduduk Yaman khususnya suku Hamdan memeluk agama Islam. Dengan memaknai Ramadhan dalam konteks sejarah ini, kita bisa sekaligus memaknai kebesaran Islam. Kemahapemurahan Allah SWT nampak dalam peristiwaperiswa besar tersebut. Dalam sejarah Indonesia sendiri, proklamasi kemerdekaan juga dibacakaan saat bulan Ramadan. Ramadan memang bulan penuh berkah. Untuk ngalap berkah di bulan Ramadan harus disertai ketelitian dalam penerapannya. Banyak pihak yang kadang tak perhatian, semisal saat menguntai doa buka puasa. Doa tersebut justru banyak dibaca oleh banyak umat muslim sebelum berbuka karena hanya meniru tayangan televisi tanpa memperhatikan referensi yang jelas. Padahal, mengutip kitab Al- Fiqh Al-Islami Wa'adillatuh yang ditulis Wahbah Al-Zuhayly hal 632 juz 2 sudah jelas diterangkan doa tersebut bermakna mensyukuri berkah Allah SWT yang diberi kenikmatan berbuka. (*/ziz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: