Melakukan Pelecehan Seksual di KA, NIK Pelaku Sudah Diblokir

Melakukan Pelecehan Seksual di KA, NIK Pelaku Sudah Diblokir

BENTANGKAN : Komunitas Pencita Kereta Api (Railfans) Spoorlimo Purwokerto membentangkan poster ajakan dan imbauan di peron Stasiun Purwokerto, Rabu (29/6). (DIMAS PRABOWO/RADARMAS) PURWOKERTO - Kasus pelecehan seksual sempat dialami penumpang KA Eksekutif Argo Lawu relasi Solo Balapan-Gambir via Purwokerto-Cirebon, yang dilakukan penumpang lainnya pada Minggu (19/6) lalu. Hal itu dikatakan Wisnu Dwi Prasetya, kondektur yang tengah bertugas dalam perjalanan KA tersebut. Dia pun menceritakan saat kejadian tersebut kepada awak media disela sosialisasi Lawan Segala Bentuk Kekerasan dan Pelecehan Seksual di Stasiun Purwokerto, Rabu (29/6). Wisnu menuturkan, saat itu dia mulai bertugas dari Stasiun Purwokerto menuju Stasiun Gambir. Setelah kereta mulai berjalan meninggalkan Stasiun Purwokerto, dia mulai melakukan tugas rutinnya sebagai kondektur KA, memeriksa penumpang. Sebelum KA memasuki Stasiun Cirebon, korban melaporkan keinginan untuk pindah tempat duduk kepada Wisnu. "Saat itu korban ingin pindah tempat duduk karena merasa tidak nyaman dengan penumpang di sebelahnya," ungkapnya. Saat itu korban belum mengungkapkan kepada Wisnu, bahwa penumpang pria disebelahnya berbuat tak senonoh. "Waktu itu korban tidak langsung jujur keinginan pindah itu kenapa. Cuma bilang kurang nyaman dengan penumpang sebelahnya," ungkap Wisnu. Namun kondisi KA yang penuh, membuat permintaan korban belum bisa langsung dipenuhi. https://radarbanyumas.co.id/viral-pelecehan-seksual-di-kereta-terjadi-di-ka-argo-lawu-dari-purwokerto-ke-gambir-ini-langkah-pt-kai/ "Saya bilang nanti setelah lepas dari Stasiun Cirebon saya pindah ke gerbong yang kosong," ujar Wisnu. Setelah lepas dari Stasiun Cirebon, Wisnu sebagai kondektur memeriksa daftar jumlah penumpang yang naik dan turun dari KA Argo Lawu di Stasiun Cirebon. Akhirnya korban bisa dipindah dari gerbong eksekutif 8 ke gerbong eksekutif 6. BENTANGKAN : Komunitas Pencita Kereta Api (Railfans) Spoorlimo Purwokerto membentangkan poster ajakan dan imbauan di peron Stasiun Purwokerto, Rabu (29/6). (DIMAS PRABOWO/RADARMAS) "Kebetulan ada bangku kosong yang sebelahnya juga laki-laki. Tapi saya tawarkan ke korban di eksekutif 6, dan korban langsung pindah menjauh dari pelaku," jelasnya. Wisnu mengatakan, baru mengetahui alasan sebenarnya penumpang meminta pindah kursi karena mengalami pelecehan seksual setelah tiba di Stasiun Gambir. "Jadi sebelumnya saya tidak tahu persis itu terjadi pelecehan. Karena setelah saya pindah, korban bilang makasih dan sudah tidak laporan lagi. Saya tahunya setelah viral, pas Maghrib sudah sampai Gambir. Itupun diinfokan dari temen saya. Artinya pelaku tidak diturunkan hingga stasiun akhir, karena memang belum tahu kejadian itu," terangnya. Calon penumpang KA Aglomerasi tujuan Pekalongan, Safira, mengaku belum pernah mengalami hal tersebut (pelecehan dan kekerasan seksual) selama dia menggunakan moda transportasi kereta api. Namun dia menyambut baik aksi pencegahan pelecehan seksual di atas kereta yang dilakukan KAI Daop 5 Purwokerto. Dia pun memberikan saran apabila ada korban yang pernah mengalami hal tersebut, untuk berani berbicara atau melapor ke petugas KA. Vice President Daop 5 Purwokerto Daniel Johannes Hutabarat menambahkan, ternyata bentuk pelecehan seksual tidak melihat kelas. "Jadi kita harus selalu waspada, saling menghormati, dan saling menghargai," ujarnya. Diketahui, usai video pelecehan di KA viral. KAI sudah bertindak tegas dengan melakukan pemblokiran terhadap Nomor Induk Kependudukan (NIK) milik pelaku. Berdasarkan bukti video dan laporan. Sehingga pelaku tidak akan dapat menggunakan layanan KAI di kemudian hari. (dim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: