Wapres Ma'ruf Targetkan Untuk Entaskan 10,68 Juta Penduduk Miskin Ekstrem
Ilustrasi Pemukiman kumuh. JAKARTA - Pemerintah pasang target menghapus kemiskinan ekstrem di akhir 2024 nanti. Saat ini menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat kemiskinan ekstrem masih sekitar 4 persen atau setara dengan 10,68 juta jiwa. Target pengentasan angka kemiskinan ekstrem itu jadi salah satu hasil rapat pleno Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) di Jakarta Rabu (25/8). https://radarbanyumas.co.id/airlangga-pembukaan-lapangan-kerja-terus-dipacu-tekan-kemiskinan/ Rapat tersebut dipimpin langsung Wakil Presiden Ma’ruf Amin selaku Ketua TNP2K. Ma’ruf mengatakan kemiskinan ekstrem adalah masyarakat yang hidup dengan uang USD 1,9 (Rp 27.350) setiap harinya. Data BPS menunjukkan kemiskinan ekstrem di Indonesia ada di angka 4 persen atau 10,86 juta jiwa. Sementara tingkat kemiskinan secara umum per Maret 2021 sejumlah 10,14 persen atau 27,54 juta jiwa. "Penurunan kemiskinan ekstrem menjadi nol persen sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) 2030," katanya. Tetapi Presiden Joko Widodo meminta target tuntas di akhir 2024. Program pengurangan kemiskinan yang dijalankan pemerintah terbagi dalam dua kelompok. Yaitu kelompok program menurunkan beban pengeluaran rumah tangga miskin. Anggarannya mencapai Rp 272,12 triliun untuk subsidi dan bantuan sosial. Kelompok program kedua adalah peningkatan produktivitas masyarakat miskin dengan anggaran mencapai Rp 168,57 triliun. "Tantangan terbesar adalah bagaimana membuat program-program tersebut konvergen dan terintegrasi dalam menyasar sasaran yang sama," jelasnya. Seluruh kementerian, lembaga, dan pemda diminta identifikasi program pengentasan kemiskinan. Lalu pastikan rumah tangga kemiskinan ekstrem menerima manfaat seluruh program itu. Pengentasan kemiskinan juga terkait dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Plt Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Kemendikbudristek Nizam mengatakan revolusi industri 4.0 berpengaruh pada lapangan pekerjaan di Indonesia. "Di Indonesia ada 23 juta pekerjaan akan digantikan oleh automation hingga 2030," katanya di talkshow SDM Iptek Indonesia Berkelas Dunia yang digelar BPPT. Tetapi Nizam mengatakan revolusi indonesia 4.0 juga menghadirkan peluang terbukanya lapangan kerja baru. Dia mengatakan bakal ada peluang 27 juta sampai 46 juta pekerjaan baru. Termasuk 10 juta peluang kerja diantaranya adalah pekerjaan yang benar-benar baru atau belum pernah ada selama ini. Peluang pekerjaan ini tersebar di bidang konstruksi, manufaktur, kesehatan, retail, transportasi, dan logistik. Nizam mengatakan untuk bisa memanfaatkan peluang kerja tersebut, perguruan tinggi memegang peranan kunci. Kampus harus bisa mencetak lulusan yang adaptif, melek literasi digital, memiliki relasi global, kemampuan memecahkan persoalan, dan lainnya. "Kampus memiliki tantangan untuk menyiapkan skil dan kompetensi baru," pungkasnya. (hil/moh/jpc)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: