Mulai Waspada Kenaikan Harga Bawang dan Gula

Mulai Waspada Kenaikan Harga Bawang dan Gula

Kenaikan-Harga-Bawang JAKARTA – Harga sejumlah komoditas mulai menunjukan tren penurunan secara rata-rata nasional. Daging, misalnya, berdasarkan data Kementerian Perdagangan kemarin, terpantau Rp 111.535 per kilogram. Harga itu turun dari sebelumnya yang mencapai Rp 113.290 per kilogram. Bawang merah yang sebelumnya Rp 42.443 menjadi Rp 42.085 perkilogram. Namun, penurunan harga tersebut belum merata di daerah. Di Bandung, misalnya, harga daging Rp 119 ribu per kilogram. Tidak bergeser dari hari sebelumnya. Di pasar-pasar tradisonal di Jakarta, harga daging itu masih tercatat Rp 113 ribu. Harga tersebut masih jauh dari harapan besar Presiden Joko Widodo. Mantan Wali Kota Solo itu menginstruksikan harga daging dibawah Rp 80 ribu perkilogram sebelum lebaran. Ekonom Bustanul Arifin mengkhawatirkan kenaikan harga pada sejumlah komoditas, seperti bawang, gula, dan cabai. Pakar pertanian itu menuturkan, harga bawang mulai naik meskipun petani bawang sudah mulai panen. Penyebabnya, sentra-sentra bawang sangat terbatas. "Kebanyakan di Jawa sehingga menyulitkan distribusi ke daerah-daerah yang bukan produsen bawang," ujarnya kemarin. Yang patut diwaspadai selanjutnya adalah kenaikan harga gula. Sebab, berdasarkan pengamatan Bustanul, harganya mulai merangkak naik dan sekarang berada di kisaran Rp 13 ribu per kilogram. "Ini cukup mengkhawatirkan karena petani tebu baru akan panen bulan Juli sampai September. Kalau Mei harga sudah naik harus cepat-cepat ada solusinya," kata dia. Di sisi lain, kenaikan harga daging masih belim signifikan sejak beberapa bulan yang lalu memang sudah tinggi, diatas Rp 100 ribu per kg. Sementara harga beras pada bulan Ramadan diperkirakan tidak akan naik signifikan. "Asalkan tidak ada spekulasi dan ekspektasi berlebih harga bahan pokok tidak akan naik tinggi seperti tahun lalu," sebutnya. Dia berharap tidak ada pedagang nakal yang berspekulasi demhan cara menimbun bahan pokok secara berlebihan. Sebab hal itu akan memicu pergerakan harga di pasaran. Pemerintah diminta lebih serius dalam mengawasi distribusi bahan pokok di lapangan."Semua pihak harus turun tangan, melihat langsung harga secara langsung," tuturnya. Pemerintah belum mempunyai formula khusus untuk menahan laju lonjakan harga kebutuhan pokok yang biasa terjadi menjelang Ramadan dan Lebaran. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menuturkan, kenaikan harga itu memang sudah selalu terjadi hampir tiap tahun. ”Kebutuhan mendadak. Tapi barang (kebutuhan pokok) tidak bisa disimpan,” ujar JK di Istana Wapres, Jakarta, kemarin (27/5). Pemerintah pun tidak bisa berbuat banyak. ”Tidak bisa diapa-apain. Di seluruh dunia begitu. Selalu karena kebutuhan yang mendadak,” tegas JK. Pemerintah lantas mengatasi dampak dari kenaikan itu dengan menambah suplai. Bila barang tersebut tidak ada di daerah, seperti daging, kebijakan impor menjadi solusi. Tahun ini pemerintah sudah merencanakan untuk mengimpor daging dari Australia. ”Harga bergantung suplainya. Kalau dalam negeri tidak ada ya impor,” kata JK. (wir/jun/sof)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: