Ini Olivier Giroud, Bukan Olivier Salad

Ini Olivier Giroud, Bukan Olivier Salad

BORISOV – Salad olivier adalah jenis salah paling populer di negara-negara bekas Uni Soviet. Salah satunya di Belarusia. Lalu, apa kaitannya dengan penyerang Chelsea Olivier Giroud? Tak ada kaitan apa-apa. Namun banner yang dibawa fans Chelsea di Borisov Arena, Borisov, Jumat dini hari kemarin WIB (9/10) mungkin jadi inspirasi bagi Giroud. ''Olivier Giroud lebih baik dari salad olivier”, ya begitu bunyi banner yang diusung salah seorang fans wanita Chelsea. Tidak diketahui alasan kenapa membandingkan Giroud dan salad. Tapi, Giroud sudah pernah datang ke Borisov dengan menjebol gawang BATE Borisov. Dan, di matchday 4 fase grup Liga Europa kemarin Giroud kembali membuktikan bahwa dia lebih enak dari salad olivier. Olie -panggilan akrab Giroud- menjadi pembeda saat The Blues mempermalukan BATE 1-0. Gol saat menit ke-52 itu sudah mengakhiri paceklik 794 menit tanpa gol Giroud. Victory di Borisov meloloskan Chelsea ke putaran 32 Besar Liga Europa. ''Saya selalu ingin mencetak gol secepatnya karena saya telat kembali dari Piala Dunia. Saya kurang efisien, dan mungkin masih belum beruntung,'' tutur striker timnas Prancis itu, dilansir situs resmi klub. Giroud baru bergabung di London Cobham pada 7 Agustus, atau sehari sebelum kick off Premier League. Dia pun baru on fire pada matchweek 3 Premier League ketika mencatat assist pertama untuk Chelsea dalam era Maurizio Sarri. ''Saya selalu bekerja keras dan tetap meyakini itu (gol pertama) dan ini pun terjadi,'' tambah pemain 32 tahun itu. Giroud menunggu gol pertamanya itu dalam 12 laga di semua ajang musim ini. Dia baru mampu mencatatkan namanya di papan skor setelah tembakan ke-41. Gol terakhir Giroud telah terjadi sejak kemenangan 1-0 Chelsea atas Liverpool di Stamford Bridge, London, 7 Mei. Pada musim lalu, saat era Antonio Conte, dia hanya butuh tiga laga untuk mencetak gol pertama. Dia mengakui, perbedaan gaya main antara Conte dengan Sarri cukup berpengaruh. Saat era The Godfather, dia sering dimanjakan lewat bola-bola atas yang merupakan spesialisasinya. Saat itu, dua dari lima golnya di Chelsea didapat dari sundulan. Itu yang tidak dia dapatkan dari era Sarri. Dengan Sarrismo-nya, gaya main Chelsea lebih mengutamakan penguasaan bola. Begitu pula dengan skema serangan. Sarri lebih suka membangun serangan dari pemain-pemain yang bisa mendukung ball possession seperti Eden Hazard, Pedro, dan Willian. Mereka pemain serangan Chelsea dengan rerata sentuhan bola tertinggi. Peran Giroud pun lebih sering jadi pemantul bola dan pengumpan. Dengan empat assists, Giroud termasuk top five penyuplai umpan terbanyak klub milik Roman Abramovich itu. Sarri tak menampik jika gayanya yang membuat Giroud susah mencetak gol. Tapi, kalau dari pandangannya, dia tak butuh Giroud yang mampu mencetak gol dalam setiap laga. Namun, dia butuh kontribusi lain dari mantan pemain Arsenal tersebut. ''Makanya saya tak pernah harus merasa khawatir ketika dia susah mencetak gol. Karena dengan apapun kontribusinya, dia tetap jadi pemain penting bagi tim kami,'' tutur mantan allenatore Napoli tersebut. Giroud termasuk pemain plan B Sarri setelah tak dimainkan sebagai starter dari tiga laga terakhir di Premier League. Dua sebagai pengganti dan sekali duduk di bench. Kebetulan untuk Liga Europa ini Sarri lebih banyak memainkan pemain-pemain yang tidak reguler pada Premier League. Sebut saja, bek kanan Davide Zappacosta, dua bek tengah Andreas Christensen dan Gary Cahill, gelandang Ruben Loftus-Cheek dan Cesc Fabregas. Makanya, secara permainan mereka tak seeksplosif di Premier League. Jika di Premier League bisa mencetak rata-rata 2,45 gol satu laga, maka di Liga Europa hanya 1,5 gol per laga. Sekalipun kemarin Sarri memainkan Hazard, baru dua kali ini Hazard main di Liga Europa. ''Meski begitu, saya tetap konfiden kami mampu bermain lebih baik lagi di fase berikutnya,'' klaim Sarri. (ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: