Menakar Kemampuan Cabor Usulan

Menakar Kemampuan Cabor Usulan

Tim Paralayang Indonesia ketika berlatih di Pasir Sumbul, Cisarua, Bogor, Jawa Barat beberapa waktu lalu.CHANDRA SATWIKA/JAWA POS Paralayang-Bridge Plot 3 emas CABOR usulan kekuatan utama Indonesia di Asian Games 2018 diharapkan bisa menjadi lumbung medali emas bagi Indonesia. Seperti misalnya Paralayang dan bridge yang diplot untuk bisa mengamankan 3 medali emas. Bukan perkara mudah bagi Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Tuntutan sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi dikumandangkan pemerintah sejak jauh hari. Untuk sukses prestasi, ada beberapa cara yang sudah ditempuh, salah satunya mengusulkan cabor kekuatan utama Merah Putih di pentas multievent. Pilihan tersebut merupakan opsi terkuat di tengah minimnya kekuatan Indonesia pada cabor olimpiade. Tetapi, negosiasi alot terjadi sebelum akhirnya diputuskan OCA apa saja nomor event dan cabor yang bakal dipertandingkan. Bridge misalnya, cabor non unggulan yang merupakan andalan Indonesia diharapkan bisa mendulang 3 medali emas dari 11 nomor event yang semula disiapkan. “Tetapi pada akhirnya dikurangi lagi hingga 7 nomor event,” kata Handodjo Sutanto, project officer timnas bridge saat ditemui di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta kemarin (8/8). Alhasil, targetpun bergeser, dari tiga medali emas ke dua medali emas. Handodjo menyampaikan peluang tersebut sudah realistis. Itu mengacu hasil try out yang dijalani Indonesia dalam dua bulan terakhir di Eropa dan Amerika Serikat. Sementara itu, baru pertama kali akan dimainkan di Asian Games 2018, cabang olahraga paralayang langsung jadi tumpuan Indonesia untuk meraih medali emas. Tak muluk-muluk cabor yang dikenal sebagai olahraga rekreasi ini menjanjikan satu emas bisa dibawa pulang. Paralayang tak main-main dalam persiapan untuk berlaga di pesta olahraga terbesar se-Asia. Sejak awal tahun 2017 pelatnas sudah dijalankan. Ada 18 pilot yang dipanggil untuk menjalani latihan intensif di kawasan Gunung Mas, Puncak, Cisarua, Bogor. Tetapi dua pekan jelang Asian Games jumlah pilot sudah mengerucut jadi delapan orang. Dengan rincian lima pilot putra dan tiga putri. Mereka adalah pilot terbaik yang dipilih berdasarkan sepak terjang dalam berbagai kejuaraan yang diikuti selama pelatnas. Dalam kurun waktu 1,5 tahun para pilot menguji kemampuan di berbagai kejuaraan dunia. Ada dua jenis kejuaraan yang diikuti, yaitu kejuaraan dunia akurasi dan kejuaraan dunia lintas alam. Tapi prestasi paling moncer ditunjukkan dari nomor akurasi. Hasil fantastis dicapai pada Paragliding Accuracy World Championship 2017 yang terdiri dari empat seri, yaitu Indonesia, Serbia, Kanada, dan Slovenia. Pilot putra Elisa Manueke dan pilot putri Rika Wijayanti menyabet gelar juara dunia seri PGAWC 2017. Sementara di nomor beregu, tim Garuda Prima 2,1, 3, dan 4 secara berurutan menempati posisi atas. “Kami memprediksi peluang ada di nomor akurasi. Tapi mempertimbangkan kekuatan lawan dan kemampuan atlet, kans lebih besar dari beregu dibanding individu,” kata Gendon Subandono, pelatih kepala pelatnas paralayang. (nap/feb)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: