Canyoning Meluncur Beralas Lumut dan Bebatuan di Baturraden

Canyoning Meluncur Beralas Lumut dan Bebatuan di Baturraden

CUACA siang itu di Baturraden Adventure Forest (BAF), Baturaden, amat cerah. Meski begitu, bagi para penggiat olahraga canyoning di BAF, cuaca secerah itu belum menjamin Baturraden akan "steril" dari hujan. Buktinya, sehari sebelumnya, kawasan tersebut diguyur hujan deras sehingga mereka tidak bisa turun ke sungai. Canyon "Di sini curah hujannya cukup tinggi. Siang panas, tapi sorenya hujan lebat seperti kemarin (Kamis, Red). Kalau hujan seperti itu, kami tak berani turun ke sungai," ujar Jalom Noor, salah seorang penggiat canyoning yang siang itu memandu pengunjung BAF menjajal olahraga "berbahaya" tapi mengasyikkan tersebut. Jawa Pos ikut dalam rombongan itu. Canyoning berasal dari kata canyon yang berarti ngarai, dua tebing terjal yang mengapit aliran sungai. Olahraga itu biasa dilakukan di hulu sungai yang cenderung sempit dan di antara bebatuan cadas yang berkelok-kelok. Di situlah letak daya tarik olahraga rekreasi tersebut. Mirip dengan arung jeram, namun tidak memakai perahu karet. Pemain berseluncur dengan memanfaatkan lumut yang menempel di bebatuan di pinggir-pinggir sungai. Setelah mengenakan pakaian dan peralatan khusus, antara lain helm, pelampung, serta peralatan standar panjat tebing seperti harness dan carabiner, kami turun ke Sungai Pelus Kulon. Itulah titik awal rute canyoning hari itu. Sungai bening tersebut tampak dangkal dihiasi batu-batu besar di kanan-kiri. Meski dangkal, arusnya cukup deras. Begitu semua selesai, kami mulai meluncur. Awalnya masih biasa-biasa saja. Namun, kesenangan baru dimulai ketika di depan ada arus sungai yang cukup deras dan turun. Mirip air terjun kecil. "Ayo, siapa yang mau sliding (meluncur) pertama?" ujar Kukuh Sukmana Hasan Surya (25), kawan Jalom, memandu kami dari atas bebatuan. Air terjun kecil di depan kami memang tidak begitu menakutkan. Tapi, batu-batu besar yang menjadi alas sekaligus dinding seluncuran olahraga tersebut sempat membuat peserta canyoning waswas. Sebab, kalau tidak berhati-hati dan kompak, tubuh kami bisa terbentur ke kanan dan ke kiri. Memang, pelampung dan harness yang melekat di bawah tubuh kami membuat alas batu tidak begitu terasa keras. Sebab, lumut tebal menjadi pelicin saat meluncur. Dan, byur, teriakan kegirangan pun terdengar. Saat itulah mereka baru menemukan kedalaman air yang mencapai 2 meter. "Wah, airnya dingin sekali di sini. Seger banget," ungkap Bagus Anugrah Brilliana, peserta dari Jakarta. Setelah merasakan sensasi pertama, rombongan kembali mencari lokasi-lokasi canyoning yang lebih mendebarkan lainnya. Kami harus keluar masuk air untuk menyusuri sungai. Tak jarang, keberanian kami diuji untuk sliding ke jurang sedalam 2,5 meter. Peserta tampak berhati-hati menerima tantangan itu. Sebab, salah-salah, tubuh dan kepala bisa terbentur batu di dasar dan samping sungai. Adrenalin kami betul-betul dipertaruhkan saat Kukuh menyuruh rombongan melompat dari tebing setinggi 6 meter ke sungai. Tantangan tersebut cukup membuat kaki kami gemetar. "Ayo, lompat! Nggak ada cara lain. Kalau lewat samping, takutnya malah jatuh. Kan licin," tegasnya. Kami benar-benar tidak bisa berbuat banyak, kecuali menerima tantangan tersebut. Dengan tekad dan arahan instruktur, satu per satu kami melompat ke sungai yang ternyata cukup dalam. Memang, di situlah menantangnya wisata sungai di Baturraden tersebut. Setelah melewati spot itu, perjalanan kami relatif enak. Selain sliding-nya pendek, kami melintasinya dengan berenang. Jalom mengakui, rute yang baru kami selesaikan itu didesain bagi mereka yang tidak mempunyai pengalaman di kegiatan alam. Tebing setinggi 6 meter yang harus kami lalui tersebut bukan apa-apa jika dibandingkan dengan rute-rute lainnya. "Ada rute yang melewati curug 20. Disebut begitu karena tingginya 20 meter," jelasnya. Pukul 16.00, rombongan akhirnya tiba di Kedung Nila, Desa Karangsalam. Tempat itu menjadi tempat finis canyoning. Kami menempuh rute 2–3 km tersebut dalam waktu 2,5 jam! "Sebenarnya yang membuat lama itu bukan susur sungainya, tapi karena harus menunggu orang-orang lompat dan acara foto-foto tadi," celetuk Jalom. (Mochamad Salsabyl Ad'n/c5/c10/ari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: