Lucunya Van Gaal

Lucunya Van Gaal

foto A- Vangaal aja-louisvangaal-cropped_do93qwvi9a9v1numu388r5shaMidtjylland 2 vs Man United 1 HERNING – Louis van Gaal memang seperti badut. Pendukung Manchester United pun sudah lelah untuk menertawakannya. Tetapi tawa itu bukan tawa bahagia. Melainkan tertawa merana dengan satu per satu kekalahan terbodoh dalam era kekuasannya. Sudah lupakan kekalahan paling menggelikan selama dua musim era Van Gaal tahun 2014 lalu. Saat itu, United digilas klub kasta ketiga Milton Keynes Dons (MK Dons) empat gol tanpa balas di Piala Liga tahun 2014. Di musim ini Van Gaal seolah sudah tidak malu lagi memberi kekalahan. Klub sekelas Bournemouth saja bisa mengukir kemenangan perdana atas raksasa Premier League ini baru di era Van Gaal. Bournemouth menang 2-1 (13/12). Bukan hanya di level domestik, setali tiga uang di Eropa pun The Iron Tulip – julukan Van Gaal – tidak berhenti melucu. Diunggulkan lolos ke fase perempat final, United malah kalah saingan dengan Wolfsburg dan PSV Eindhoven. Wayne Rooney dkk terlempat dari fase grup. Reputasi Van Gaal sebagai spesialis klub-klub Liga Champions pun hanya jadi tertawaan. Dan, Jumat dini hari kemarin (19/2), Van Gaal kembali menghibur Eropa usai gagal membawa United memenangi klub yang usianya baru sweet seventeen, Midtjylland. Pada leg pertama 16 Besar Europa League di MCH Arena, Herning, Denmark, Setan Merah tumbang 1-2 (1-1). Hanya gol Memphis Depay yang dapat dihujamkan penggawa United ke gawang Midtjylland. Gol itu terjadi pada menit ke-37. Bukannya kembali menambah keunggulan, Pione Sisto dan Paul Onauchu memberi jalan untuk Van Gaal melucu via golnya menit ke-44 dan 77. Kans United melaju ke fase 16 Besar Europa League belum tertutup. Masih ada leg kedua yang dimainkan di Old Trafford, Manchester pada 26 Februari nanti. Setidaknya di MCH Arena, Eropa sudah melihat United saat ini bukan lagi raksasa. Melainkan bahan tertawaan semata. ’’Seharusnya kami bisa menang, tetapi sekarang kami pulang dengan sangat kecewa. Ini semua terjadi karena kesalahan yang sudah kami lakukan sendiri,’’ ujar gelandang bertahan United, Michael Carrick, sebagaimana dikutip dari BBC. Statistik UEFA mendukung pernyataan Carrick itu. United leading dari sisi penguasaan bola sampai 59 persen. Sementara, jumlah tendangan yang dilakukan United lebih banyak. United 15 kali tendangan, sedangkan tuan rumah hanya 13 kali. Akan tetapi, kecepatan serangan Tim Sparv yang tidak berhasil diatasi defense United. Kali ini bukan dari bola-bola set pieces seperti yang sudah dikhawatirkan United sebelumnya. Melainkan dari pressing-pressing-nya ke jantung pertahanan United. Nah, di sinilah kelemahan yang ditunjukkan Carrick. Gelandang yang berusia 34 tahun itu lambat menutup pergerakan Kristoffer Olsson, Sisto, dan Vaclav Kadlec. Itu ditambah lagi kombinasinya dengan Ander Herrera sebagai poros ganda tidak berhasil. Herrera yang menggantikan Morgan Schneiderlin di posisi itu pun terlihat kikuk. Bukan hanya dengan Carrick. Dengan Daley Blind di sayap kiri pun juga demikian. Dua gol Midtjylland berawal dari skenario yang sama. Bola dari sayap kiri pertahanan United, mengalir ke tengah sebelum masuk ke area kotak penalti. Baik gol Sisto ataupun Onauchu sama-sama tidak mendapatkan pressing dari Carrick ataupun Herrera sebagai pemain di depan back four. Carrick mengakui kelemahan itu tidak akan mendukung kans revans di Old Trafford. ’’Kami tetap yakin masih bisa lolos, meski itu tidak akan mudah. Tugas kami malah jauh lebih berat setelah hasil ini, kami harus mengeluarkan semua yang kami mampu,’’ tuturnya. Bagaimana dengan Van Gaal? Tidak ada yang berbeda dengan gaya bermain United. Tetap membosankan seperti empat ajang yang sudah dijalani sebelumnya, Premier League, Piala FA, Piala Liga, dan Liga Champions. United masih tetap bermain dengan umpan-umpan pendek dari lini belakang ke depan. Variasinya kalau tidak dibelokkan ke sisi lain, ya bola dikembalikan ke belakang. Permainan seperti itu yang justru memberikan celah tuan rumah untuk melakukan transisi cepat dari menyerang ke bertahan. Van Gaal secara terpisah menyebut habisnya komposisi pemainnya membuat dirinya gagal menampilkan tim terbaik. Dalam laga kemarin, United kehilangan David De Gea yang mengalami cedera sebelum laga dimulai. Bersama dengan Wayne Rooney yang juga cedera sepekan terakhir ini, De Gea menjadi pemain ke-14 dalam daftar perawatan. Itu makanya di pos-pos seperti di bawah gawang United memainkan Sergio Romero. Lalu di posisi Rooney, Van Gaal mengoptimalkan Anthony Martial yang biasanya dipaksa bermain melebar. Sebagai gantinya, di sisi kiri Martial ditempati Memphis yang mampu bermain apik dalam laga ini. Selain satu golnya, Memphis menjadi pemain di United dengan efektivitas serangan terbaik. Persentase 66,6 persen jadi yang terbaik. Van Gaal mengakui dirinya layak untuk dikritik. Akan tetapi, dia membela performa timnya ini seperti sudah masuk dalam Hukum Murphy. Hukum Murphy merupakan sebuah adagium yang salah satu isinya adalah jika ada sesuatu yang berpotensi salah, maka hal itu akan menjadi salah. Sama dengan United. Van Gaal meminta fans juga melihat dari sisi komposisi pemainnya. ’’Memulai laga dengan kehilangan penjaga gawang utama, lalu harus memainkan starting line up tidak seperti biasanya. Maka banyak hal yang ada dalam benak pemain,’’ kilahnya. Terkait dengan kesempatan kedua di kandnag sendiri, mantan pelatih timnas Belanda itu sudah tahu apa yang harus dia lakukan. ’’Apapun masih bisa terjadi dalam sepak bola. Dan kami pun akan menghabisinya di laga home,’’ koarnya. Kekalahan kemarin jadi kekalahan kesepuluh United di tangan Van Gaal. Daily Mail menyebut Van Gaal sebagai pelatih terburuk United sejak 1945. Dengan total 83 pertandingan, hanya 41 di antaranya yang mampu dimenangi. Persentase kemenangannya hanya 49,4 persen. Masih di bawah nama-nama seperti Sir Alex Ferguson (59,67 persen), David Moyes (52,94), Sir Matt Busby (50,5), Ryan Giggs (50), dan Ron Atkinson (50). ’’LVG Harus Pergi,” begitu judul headline Manchester Evening Post. (ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: