Hobi Motret Gelandangan Bikin Bertemu Ayahnya Kembali

Hobi Motret Gelandangan Bikin Bertemu Ayahnya Kembali

KOREA-Diana Kim adalah seorang fotografer Korea-Amerika yang sejak kuliah senang memotret kehidupan gelandangan. Namun berkat hobinya itu pula, Diana akhirnya bisa bertemu lagi dengan ayahnya yang terpisah sejak dia berusia lima tahun. Tumbuh besar di Maui, Hawaii, Diana mengatakan bahwa ayahnya adalah orang pertama yang mengajarinya cara memotret. Wanita 30 tahun itu percaya fotografi adalah jendela untuk melihat segala sesuatu di dunia ini. Kisah Diana dimulai setelah kedua orang tuanya bercerai. Diana tinggal bersama ibunya, sementara ayahnya pergi entah ke mana. Saat itu, Diana masih berusia 5 tahun. Diana dan ibunya hidup sangat susah setelah perceraian tersebut. Mereka berpindah-pindah dari rumah saudara yang satu ke rumah saudara yang lainnya. Diana dan ibunya bahkan terkadang harus tinggal di taman dan sesekali tidur di dalam mobil. " Saya selalu menganggap kesulitan hidup sebagai pengalaman sehingga tidak terlalu mengganggu saya. Naluri bertahan hidup saya sangat kuat," kata Diana. Setelah masuk ke perguruan tinggi pada tahun 2003, Kim mulai hobi memotret. Dia senang mengabadikan kehidupan gelandangan. Bahkan dalam dekade berikutnya ketika ia menjadi seorang fotografer yang sukses, kehidupan para gelandangan selalu menjadi objek fotografinya. " Saya bisa memahami penderitaan mereka dari sudut tertentu. Saya tahu apa artinya ditinggalkan dan dilupakan," katanya. Diana juga paham bagaimana menderitanya gelandangan yang tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup dan mendapat kebebasan ekonomi. " Karena saya sudah mengalaminya bertahun-tahun yang lalu," kata Diana. Ketika sedang memotret kehidupan gelandangan di tahun 2012, Dia tiba-tiba melihat ayahnya di sudut jalan. Karena berpisah ketika Diana berusia 5 tahun, ayahnya tidak bisa mengenali putrinya sendiri. Meski sempat ragu, Diana mendekati ayahnya yang sekarang menjadi gelandangan dan menderita skizofrenia. " Ayah terlihat sangat kurus dan menderita skizofrenia yang parah. Saya memanggilnya 'Ayah' tapi dia tidak menyahut, bahkan menoleh pun tidak," kenang Diana dikutip Good Times. Diana berusaha keras agar ayahnya mengenali dirinya lagi. Tapi usahanya sia-sia. Ayahnya tidak merespon Diana dan malah sering berbicara sendiri. Meski begitu, Diana tidak menyerah. Dia terus mendekati ayahnya agar mengenalinya lagi. Satu hari, Diana mendengar kabar ayahnya mengalami serangan jantung dan dibawa ke rumah sakit. Saat itu, Diana memiliki setitik harapan karena ayahnya akhirnya mendapatkan perawatan sehingga kondisinya bisa disembuhkan. Setelah mendapat perawatan yang memadai, kondisi ayahnya sangat membaik. Dia sekarang memiliki teman lagi dan mulai mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang. Bisa melihat ayahnya kembali ke kehidupan normalnya merupakan hadiah terbaik untuk Diana. Sama seperti bagaimana fotografi bisa mempertemukan dirinya dengan sang ayah, Diana berharap bahwa dia dapat mengubah pandangan orang tentang masalah tunawisma melalui ceritanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: