Pemuda Mengkowo Lestarikan Tradisi Entak-Entik, Gubuk Hias di Tempat Kumpul Anak-anak
HIDUPKAN LAGI: Tradisi Entak-Entik menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka memeriahkan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi membuat gubug ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu. KEBUMEN - Beraneka ragam tradisi untuk memeriahkan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1443 H/2021. Salah satunya tradisi lomba Entak-Entik yang kembali disemarakan warga Desa Mengkowo Kecamatan Kebumen. Tradisi membangun Gubuk hias untuk tempat kumpulnya anak-anak nyaris hilang seiring perkembangan teknologi informasi dan globalisasi. Ketua Ikatan Pemuda Pemudi Dukuh Keajan (IP2K) Desa Mengkowo, Muhammad Ulil Hikam mengatakan, tradisi entak-entik di Desa Mengkowo sempat berhenti beberapa tahun, tradisi ini memiliki ciri khas yakni dengan mendirikan tenda atau gubuk di teras rumah. Gubuk tersebut berdinding kain atau bahan lainnya. https://radarbanyumas.co.id/bawa-hasil-bumi-ke-gunung-beji-sebagai-tradisi-peringatan-merdi-bumi-warga-wonosari/ Selain itu gubuk juga dihias dengan berbagai pernak-pernik. Gubuk juga dihias dengan daun kelapa muda atau janur. Tujuan lomba ini yakni untuk memberikan edukasi dan mengajarkan anak-anak mengerti dan memahami tentang kebudayaan yang terdapat di sekitar mereka. "Tradisi ini juga ada di desa lain, hanya yang membedakan di desa kami yakni dalam proses pembuatannya tidak menggunakan bahan seperti paku dan tali kawat, tetapi dengan tali tradisional seperti tali ijuk dan tali bambu," katanya. Dalam tradisi entak-entik anak-anak yang datang ke gubuk akan membawa makanan. Ini dalam adat stempat disebut pula dengan istilah bongkohan. Makanan berisikan nasi, snack, minuman, buah-buahan, telur dan lain sebagainya. Setelah itu mereka secara bersama-sama akan berdoa dan kemudian dilanjutkan dengan makan bersama dan saling bertukar makanan. Tradisi entak-entik ini hampir menghilang di Desa Mengkowo, namun pemuda setempat meski di tengah pandemi Covid-19 mereka berusaha kembali menghidupkan tradisi yang hampir puluhan tahun tidur pulas. Hikam menambahkan, tradisi entak-entik ini dulunya diadakan setiap tahun. Namun berganti tahun berganti pula modelnya dan sempat berhenti beberapa tahun. "Tahun ini kita kembali hidupkan dengan ajang perlombaan agar generasi penerus tahu dan terus bergulir secara turun temurun, pemenangnya akan ada hadiah," ujarnya didampingi mantan Sekdes Desa Mengkowo Madmuji. Untuk memeriahkan lomba ini, pihaknya juga melibatkan Kepala Desa, Perangkat Desa serta unsur lain untuk meninjau dan memberikan penilaian. Penilaian sendiri dilakukan dengan melihat seberapa kreatif para peserta dalam hasil merias gubuk. "Faktor keunikan dan kreatifitas dan kebersihan akan menjadi standar penilaian," jelasnya. Terpisah, Kepala Desa Mengkowo, Sugeng Supriyadi mengatakan, pihaknya mendukung dan mengapresiasi adanya tradisi entak-entik. Hal itu tak lain sebagai pembangkit pelestarian budaya Desa Mengkowo yang sempat hilang, padahal budaya entak-tentik sudah ada sejak ia masa kanak-kanak. "Budaya ini sudah ada sejak saya kecil namun sempat hilang, kita perlu dorong dan bangkitkan kembali kepada generasi sekarang, dimana generasi gadget mulai melunturkan budaya nenek moyang, ini harus kita pelihara dan uri-uri," ujarnya. (fur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: