Rr Sri Sunarti Jamas Pusaka Leluhur Setiap 1 Sura
JAMAS: Rr Sri Sunarti, saat menjamas beberapa pusaka milik leluhurnya, berupa pusaka keris dan tombak. KEBUMEN - Beragam tradisi dilakukan masyarakat Jawa di setiap bulannya. Hal ini telah menjadi bagian dari kearifan lokal yang ada di Jawa. Misalnya saja jamasan atau membersihkan pusaka. Ritual ini pada umumnya dilaksanakan setiap Bulan Sura. Hal ini pula yang dilaksanakan keluarga Rr Sri Surnarti SPd, yang rutin menjamas pusaka leluhur keluarganya setiap 1 Sura. Kegiatan ini bahkan telah dilaksanakan secara turun-temurun. https://radarbanyumas.co.id/wisata-kalibuntu-berubah-nama-jadi-kaliratu/ Saat disambangi di rumahnya RT 6 RW 5 Desa Bumirejo Kebumen, Rr Sri Sunarti menyampaikan pusaka miliknya sudah diwariskan secara turun temurun. Pihaknya mendapat pusaka dari ayahnya yakni R Soetarjo. “Ayah saya, juga dari eyang dan begitu seterusnya,” tuturnya, Rabu (11/8). Di rumahnya, setidaknya terdapat delapan benda pusaka. Dua diantaranya merupakan tombak dan enam lainnya berbentuk keris. Keris ada yang berbentuk lurus tanpa luk dan ada juga keris dengan luk. Selain itu terdapat keris dengan ukuran yang kecil. Salah satu tombak yang dimilikinya yakni Tombak Kyai Pleret. Aroma harum minyak wangi hajar aswad pun sangat terasa. Pusaka diletakkan berjejer di atas meja. Satu persatu pusaka dibuka dengan teliti. Proses selanjutnya dilaksanakan jamasan pusaka. “Jamasan pusaka rutin dilaksanakan setiap tahunnya,” katanya yang juga merupakan Pensiunan Kepala SDN 1 Candiwulan Kebumen itu. Rr Sri Surnarti SPd memiliki satu anak wayang dengan almarhum suaminya. Anaknya Aditya Setiawan SH MH, merupakan salah satu pengacara di Kebumen. Terkait dengan jamasan pusaka yang dilakukan Rr Sri Sunarti, dilaksanakan dengan beberapa tahap. Mulai dari menumbuk warangan, menyiakan air jeruk nipis dan membuka keris dari warangkanya. Warangan yang sudah ditumbuk menjadi serbuk, kemudian dicampur dengan air jeruk nipis. Setelah itu kemudian dioleskan pada bagian logam keris dan tombak. Setelah semuanya selesai, keris dan tombak kemudian diolesi minyak wangi. Langkah terakhir, pusaka dimasukkan kembali ke warangkanya dan diletakan di tempat yang telah disediakan. “Ini merupakan kearifan lokal. Jamasan merupakan bagian dari merawat dan menghargai pusaka sebagai warisan leluhur,” ucapnya. (mam)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: