Produksi Lawet Desa Argopeni, Kecamatan Ayah Menurun Drastis

Produksi Lawet Desa Argopeni, Kecamatan Ayah Menurun Drastis

AYAH - Hasil panen sarang burung walet di Desa Argopeni, Kecamatan Ayah, menurun drastis sejak lima tahun terakhir. Jika pada lima tahun lalu, hasil panen sarang burung walet dari Goa Pedalen bisa mencapai 3-5 kilogram sekali panen. Saat ini, hanya mampu menghasilkan 8 ons hingga 9 ons dalam sekali panen. Produksi-Lawet-Menurun-Drastis UNDUHAN: Proses pengunduhan sarang burung lawet di Goa Pedalen, Desa Argopeni, Kecamatan Ayah, kemarin. Kasiman (55), pengunduh sarang burung lawet, mengaku saat ini setiap kali panen hasilnya tidak cukup untuk menutup biaya pengunduhannya. Terlebih, harganya saat ini juga sedang anjlok. Jika sebelumnya harga satu kilogram sarang burung lawet mencapai Rp 5 juta, saat ini anjlok menjadi Rp 3 juta per kilogramnya. "Sekarang ngitungnya ya bingung, paling sekali dapat hanya 8 ons. Segitu juga harus dibagi dengan lima orang pengunduh," kata Kasiman, usai melakuka pengunduhan sarang burung lawet di Goa Pedalen, Rabu (27/7). Pengelola sarang burung lawet Pedalen, Wadimun, mengakui hasil sarang burung walet berkurang drastis dari tahun sebelumnya. Berkurangnya produksi sarang burung walet diduga kuat terjadi akibat pemetikan yang berlebihan tanpa memperhatikan keberlangsungan populasi burung walet itu sendiri. Eksplotaisi yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan regenerasi justru memberi dampak buruk terhadap produksi sarang burung. "Melihat hasil sekarang justru merosot tajam. Kedepan harus melakukan pelestarian dan hanya memetik yang memang layak kita petik," tegasnya. Selain perubahan model pemetikan, pihak pengelola juga berencana mengurangi jadwal panen pemetikan yang semula tiga bulan sekali menjadi lima sekali panen. Upaya ini dilakukan untuk menambah jumlah populasi burung walet sehingga produksi bisa maksimal. "Selain juga karena adanya warga yang membangun gedung-gedung untuk memelihara walet juga. Ini sedikit banyak berpengaruh karena banyak yang pindah," imbuhnya. Untuk diketahui, pada era 90-an, produksi sarang burung walet menjadi primadona. Tarian yang menggambarkan perilaku burung walet pun diciptakan dan kemudian menjadi muatan lokal wajib di Sekolah Dasar kala itu. Kebumen memang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil sarang walet alami terbesar di Indonesia. Keberadaan sarang walet di Gua Karangbolong pantai selatan Jawa menjadi bukti. Bahkan sempat, hampir 10 persen pendapatan asli daerah disumbang dari sarang walet. Sarang walet dihasilkan dari air liur burung walet. Burung walet adalah burung berwarna gelap, berukuran kecil atau sedang serta mempunyai sayap yang sempit dan runcing. Burung ini juga mempunyai kecepatan terbang yang cukup tinggi dan suka meluncur. Kebiasaan uniknya, burung ini tidak hinggap di pohon tapi malah hidup di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang, sampai gelap. Langit-langit gua atau rumah digunakan untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak. Kandungan sarang walet diyakini mempunyai keampuhan. Di antaranya, menjaga kesegaran tubuh, meningkatkan vitalitas, obat awet muda, memelihara kecantikan dan menghambat kanker. Bahkan berdasar penelitian, salah satu senyawa turunannya, azitothymidine, bisa melawan AIDS.(ori)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: