Tiga Kakak Beradik Tewas Tenggelam

Tiga Kakak Beradik Tewas Tenggelam

    KEBUMEN –  Apa yang menimpa Muhlasin (42)  warga RT 04 RW 01 Dukuh Kedungjati  Desa Soka  Kecamatan  Poncowarno sungguh memilukan hati. Bagaimana tidak, dalam waktu yang bersamaan dia harus kehilangan tiga anak kandungnya sekaligus. Ketiga anak kandungnya bernama Nasiroh (11), Mely (7) dan Agus Widido (5) tewas tenggelam saat mandi di Kedung Batursemigit yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya. Informasi yang berhasil dihimpun Ekspres, kejadian tersebut  berawal saat Muhlasin bersama istrinya Ismawati (37)  pergi kesawah. Seperti biasa saat pasangan suami istri tersebut pergi kesawah maka anak-anaknya akan di asuh oleh anak bungsunya yang bernama Alip (13). Namun hari itu berbeda dari biasanya, Fajar yang biasanya mengasuh adik-adiknya justru malah menyusul orang tuanya ke sawah sekitar pukul 13.00 WIB. Sekitar pukul 16.00 Alip dan orang tuanya pulang kerumah. Sampai dirumah mereka sama sekali tidak mendapati ketiga anaknya yang ditinggal  dirumah.  Muhlasin pun mencari anak-anaknya kerumah orang tuanya K Hanif yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya. Namun sesampianya di rumah orang tuanya, Muhlasin tidak juga menemukan anak-anaknya. Mengetahui hal itu Muhlasin pun mencari anaknya di sungai sekitar Kedung Batursemigit. Pasalnya mereka biasa mandi di area sungai tersebut. “Biasanya mereka mandi di sebelah atas, namun kerena tidak menemukan juga akhirnya Muhlasin menyusuri sungai tersebut,”  tutur Kepala Desa Soka Fatkhul Mubin. Dijelaskannya, saat menyusuri sungai, Muhlasin bersama Alif kemudian melihat jasad Mely yang sudah mengapung.  Seketika itu, Muhlasin pun mencebur ke dalam Kedung, dan dalam pencariannya dia menemukan jasad kedua anaknya yang lain. Dengan dibantu masyarakat sekitar, ketiga jasad anaknya kemudian dibawa kerumah. Sebagai seorang ayah meskipun mengalami duka yang sangat mendalam, namun Muhlasin tampak bisa menenangkan diri. Sementara sebagai seorang ibu Ismawati tampak sangat terpukul, dia berkali-kali pingsan saat melihat ketiga anaknya yang kini sudah menjadi jenazah. “ibunya berkali-kali pingsan, sedangkan ayahnya terlihat lebih tegar,” papar Fatkhul Mubin. Angker Fatkhul Mubin menambahkan, lokasi Batursemigit menang diterkenal angker oleh masyarakat setempat. Sekitar empat tahun yang lalu, warga sekitar yang bekerja sebagai tukang batu, pernah mengambil batu dilokasi tersebut. Hal itu dilakukan karena batu di bagian atas telah habis. Meski sudah diperingatkan oleh warga lainnya namun dia tetap nekat. “Akhirnya saat handak menunaikan sholat subuh pemecah batu tersebut tersandung, jatuh dan  tewas di rumah sakit. Hingga kini meskipun musim kemarau kedung tersebut tetap ada airnya, namun warga tidak ada yang berani mengambil airnya,” ucapnya. (mam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: