Hari Jadi, Makam Kolopaking Diziarahi
[caption id="attachment_93164" align="aligncenter" width="100%"] NYEKAR: Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kebumen Miftahul Ulum, nyekar di Makam Tumenggung Kolopaking Desa Kalijirek, Kecamatan Kebumen, akhir tahun 2015 lalu/SUDARNO AHMAD/EKSPRES[/caption] KEBUMEN - Memperingati Hari Jadi ke-80 Kabupaten Kebumen, sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab Kebumen melaksanakan ziarah ke makam leluhur. Salah satu makam yang dikunjungi adalah Makam Tumenggung Kolopaking di Desa Kalijirek, Kecamatan Kebumen. Terlihat Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kebumen Miftahul Ulum, Sekda Adi Pandoyo dan jajaran Kepala dinas, Kepala Bagian di Pemkab Kebumen melakukan ziarah ke makam leluhur Kebumen tersebut. Menurut Juru Kunci Makam Tumenggung Kolopaking Mulyadi (57), makam tersebut selalu dikunjungi oleh pejabat menjelang peringatan Hari Jadi Kabupaten Kebumen. Ziarah dilakukan, kata dia, untuk mengenang dan mendoakan para leluhur Kabupaten Kebumen. Ziarah tersebut sebagai wujud penghormatan kepada para sesepuh Kebumen yang memiliki peran penting dalam perkembangan Kebumen seperti sekarang ini. "Berdoa agar sebagai generasi penerus, mampu berjuang mewujudkan cita-cita mereka. Utamanya dalam menciptakan Kabupaten Kebumen yang lebih baik," tutur Mulyadi, di Komplek Makam Kolopaking. Tak hanya saat menjelang Hari Jadi Kabupaten Kebumen, lanjut dia, makam tersebut juga sering dikunjungi pada hari-hari tertentu. Bukan hanya pejabat setempat, tetapi ternyata yang berziarah lebih banyak pejabat dari luar daerah, seperti Jakarta. "Calon pejabat, calon DPR, yang terakhir calon bupati juga ada yang kesini," ungkapnya. Mulyadi, menceritakan di komplek makam tersebut dimakamkan Tumenggung Kolopaking I, II, III dan IV, bersama keluarganya. Keempatnya merupakan Bupati Kebumen di era Panjer Roma. "Kolopaking I Bupati Panjer Roma ketiga, setelah Bodronolo dan Kertosuto. Yang seterusnya dilanjutkan oleh Kolopaking II, III dan IV," bebernya. Ketika Keraton Plered Mataram diduduki Trunojoyo, Amangkurat I lari hingga tiba di Panjer dalam keadaan sakit dan diterima oleh Kertawangsa. Kertawangsa memberinya air kelapa tua (kelapa aking) yang membuat keadaan Amangkurat I berangsur baik. Amangkurat I pun menganugerahkan gelar Tumenggung Kelapa Aking kepada Kertawangsa. Alkisah, Kalapaking IV yang mendukung Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa berhadapan dengan Aroeng Binang IV yang berada di pihak Keraton Surakarta yang didukung Belanda. Konon Kalapaking IV bertempur satu lawan satu melawan Aroeng Binang IV hingga Tumenggung Kalapaking IV terluka lengannya oleh tombak pusaka Tumenggung Aroeng Binang IV. Kalapaking IV wafat dan dimakamkan di Kalijirek. Aroeng Binang IV menjadi penguasa Panjer dan membangun pendopo Kebumen pertama. Perseteruan berakhir ketika Belanda mengangkat keturunan Kalapaking, yaitu Ki Atmodipuro menjadi Bupati Banjarnegara dan Ki Sukadis menjadi Bupati Karanganyar, keduanya tidak menggunakan gelar Kalapaking. Tumenggung Aroeng Binang IV sendiri wafat tanpa memiliki keturunan, sehingga kedudukannya di Panjer digantikan oleh Aroeng Binang V, ipar Aroeng Binang IV. Namun masih keturunan langsung Kyai Hanggayuda, ayah Aroeng Binang I. Kebumen selanjutnya dipimpin oleh keturunan Aroeng Binang hingga Jepang masuk pada 1942.(ori)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: