Trump dari Timur dan Marcos Jr Memimpin

Trump dari Timur dan Marcos Jr Memimpin

Kekerasan Warnai Pemilu Filipina, 11 Tewas sebelum TPS Buka MANILA- Pemilihan presiden (pilpres) Filipina memberikan hasil gemilang bagi Rodrigo Duterte. Beberapa jam setelah seluruh tempat pemungutan suara (TPS) tutup, hasil awal penghitungan suara (quick count) berpihak kepada wali kota Davao tersebut. Politikus 71 tahun yang berjuluk Donald Trump dari Timur itu memperoleh lebih dari 9 juta suara atau sekitar 39 persen. [caption id="attachment_104621" align="aligncenter" width="960"]Wartawan Jawa Pos mewancarai Rodrigo Roa Duterte, di ruang media center Hotel Royal Mandaya, Manila, kemarin. Jawa Pos Photo Wartawan Jawa Pos mewancarai Rodrigo Roa Duterte, di ruang media center Hotel Royal Mandaya, Manila, kemarin. Jawa Pos Photo[/caption] Hingga sekitar pukul 19.30 waktu setempat, dukungan untuk Duterte mencapai 9.557.966 suara. Tokoh Partido Demokratiko Pilipino-Lakas ng Bayan alias Partai Demokratis Filipina (PDP-Laban) itu unggul lebih dari 4 juta suara jika dibandingkan dengan Grace Poe yang berada di urutan kedua. Perempuan cantik yang maju dari jalur independen tersebut mengantongi 5.436.256 suara. Membayangi Poe, Manuel Roxas alias Mar Roxas memperoleh 5.272.295 suara. Seperti prediksi, selisih dukungan untuk Poe dan Roxas memang tidak terlalu jauh. Sayangnya, dua tokoh yang sama-sama mendapatkan dukungan dari Presiden Benigno Aquino III tersebut tidak mau beraliansi. Upaya Noynoy, sapaan akrab sang presiden, untuk membendung popularitas Duterte pun gagal. Kendati hasil penghitungan suara sementara yang dirilis Parish Pastoral Council for Responsible Voting (PPCRV) itu jelas memenangkan dirinya, Duterte tidak mau jemawa. Dia tetap menunggu sampai pemerintah merilis hasil penghitungan suara final nanti. "Saya tidak mau berspekulasi atau mengumbar emosi menanggapi hasil yang masih sementara ini," ujarnya dalam wawancara eksklusif dengan CNN Philippines. Lebih lanjut, Duterte menyatakan bahwa dirinya akan menerima apa pun hasil resmi dengan gembira. Sebab, hasil itu merupakan mandat rakyat Filipina untuknya dan untuk para kandidat yang lain. "Saya bukan orang yang pesimistis. Selama menjadi politikus, saya selalu mengandalkan Tuhan," katanya. Dia juga mengatakan, di negeri demokrasi seperti Filipina, mandat rakyat merupakan yang utama. Dalam kesempatan itu, dia juga berusaha merangkul para kandidat presiden lain yang menjadi rivalnya. Dia menyebut masa-masa setelah pencoblosan sebagai masa pemulihan. "Saya ingin menawarkan persahabatan saya. Jika Anda menerimanya, itu bagus. Jika Anda tidak menerimanya, akan selalu tiba masanya untuk berekonsiliasi dan bekerja sama," paparnya. Sementara, dari kubu wakil presiden (Wapres), Senator Ferdinand Marcos Jr alias Bongbong memimpin. Putra Imelda Marcos itu mendapatkan dukungan 8.859.402 suara. Politikus yang digandeng oleh Miriam Defensor Santiago tersebut mengalahkan rival terberatnya, Leni Robredo, dengan selisih suara tipis. Menempati posisi kedua, mitra Roxas itu mengantongi 7.978.075 suara. Berbeda dengan Indonesia, Filipina memang memilih wakil presiden secara langsung. Bukan dalam satu paket dengan presiden. Kemarin total ada 54 juta pemilih dewasa yang terdaftar dan berhak memberikan suara mereka dalam pilpres. Tidak hanya memilih presiden, rakyat Filipina juga menentukan Wapres serta legislator mereka lewat pemilu yang dijaga ketat 140.000 personel militer dan kepolisian tersebut. Ada 300 anggota parlemen dan sekitar 18.000 legislator lokal yang berkompetisi pada hari pencoblosan kemarin. Secara keseluruhan, pencoblosan berjalan lancar di sedikitnya 36.000 TPS yang tersebar di seantero Filipina kemarin. Tapi, serangkaian insiden mewarnai pesta demokrasi Filipina tersebut. "Sesaat sebelum TPS-TPS buka, tujuh orang tewas dan seorang yang lain terluka dalam serangan bersenjata di pinggiran ibu kota," terang Wilben Mayor, Jubir Kepolisian Nasional Filipina. Seluruh korban, menurut dia, adalah pendukung kandidat wali kota yang sama. "Mereka semua ditembak di bagian kepala," imbuh Mayor. Di lokasi berbeda, insiden bersenjata juga merenggut tiga nyawa.     Di tempat terpisah, seorang warga dilaporkan meninggal dunia akibat serangan jantung. Total ada sebelas nyawa yang melayang bahkan sebelum TPS buka. Sementara, saat wawancara khusus dengan Jawa Pos, Duterte menyatakan, dia  sangat memandang Indonesia sebagai partner yang strategis untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan regional. Indonesia termasuk negara pertama yang akan didatanginya. "Saya optimis bisa bekerjasama baik dengan Presiden Jokowi," katanya. Disinggung tentang masih ada empat WNI yang menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf. Juga beberapa warga negara lainnya, Duterte menyebut, soal keamanan adalah yang nomor satu. "Orang banyak bilang bahwa sesungguhnya masalah utama Filipina bukanlah resesi atau infrastruktur. Tapi, masalah keamanan. Hanya, saya melakukan pembedaan jenis kriminal dan penanganannya," katanya. "Jika para bandit jalanan sepeti perampok, pedagang narkoba, pembunuh, saya tak peduli disebut melanggar HAM. Saya akan melakukan seperti apa yang saya lakukan di sini (Davao, Red). Sebaiknya, jangan melakukan hal itu di Filipina. Saya akan membunuh mereka," imbuhnya. (Di Davao, meski tak pernah mengakuinya secara resmi, Duterte membentuk paramiliter gelap bernama Davao Death Squad. Mereka melakukan apa yang di Indonesia disebut petrus). Tentang Abu Sayyaf, Duterte menyebut, jika kelompok itu masalahnya lain. Akar permasalahannya berbeda. Ada kesenjangan kesejahteraan, ada pendidikan ideologi, kompleks. "Tapi, jelas, saya akan menghentikan dan menghapus kelompok-kelompok seperti itu. Beri saya waktu, pasti akan saya bereskan," janjinya. Soal sandera, Duterte tidak berani menjanjikan akan bisa membebaskan. Tapi, dia  menjamin akan sekuat tenaga untuk membebaskan mereka. "Bukan hanya Indonesia saja, tetapi juga sandera dari negara lain," pungkasnya. (AFP/Reuters/CNN/hep/c6/kim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: