Elpiji Mahal, Warga Beralih ke Biogas

Elpiji Mahal, Warga Beralih ke Biogas

Warga Kesenet Kecamatan Banjarmangu tergerak membuat bahan bakar alternatif BANJARNEGARA - Harga elpiji yang mahal membuat warga Kesenet Kecamatan Banjarmangu tergerak membuat bahan bakar alternatif. Biogas dipilih untuk bahan bakar pengganti elpiji. Sebab bahan bakunya berupa kotoran ternak tersedia secara kontinyu. Selain itu, bahan bakunya gratis. Penyuluh pertanian swadaya Teguh Haryanto mengatakan pemanfatan kotoran sapi untuk biogas ini sudah berlangsung sejak 2012. "Saat itu saya berfikir bagaimana mengolah limbah menjadi sesuatu yang berguna," kata dia, Selasa (13/11). Pemanfaatan biogas ini terdorong karena kebutuhan energi dan juga pupuk. Mengingat sebagian besar warga Kesenet merupakan petani. "Disisi lain, juga ada kebutuhan energi. Sehingga kotoran ternak seperti sapi dan kambing diolah menjadi biogas," paparnya. Produksi biogas ini dilakukan di dalam digester. Untuk satu rumah tangga, dibutuhkan satu ekor sapi. "Kalau saya pelihara tiga ekor sapi," terangnya. Sedangkan ukuran digesternya yaitu lebar satu meter, kedalaman satu meter. Sedangkan panjangnya lima meter. "Posisinya horisontal," terangnya. Digester dibuat dari plastik tipis, 0,12 mm. Agar tidak bocor, kanan dan kirinya dibuat pengaman dari beton. Bahan dari plastik ini agar murah dan mudah diaplikasikan warga. Dia menyebut kini ada 48 digester di Kesenet. Dengan desain khusus, digeseter dilengkapi klep khusus. Sehingga pemasukan dan pengeluaran berjalan secara otomatis. "Ada klep yang disetting otomatis," terangnya. Selain mengatasi ketergantungan pada elpiji, digester ini juga menghasilkan pupuk berkualitas. Sebab difermentasi secara an aerob selama 60 hari. "Dari masuk sampai keluar digester sebagai pupuk, sekitar dua bulan," lanjutnya. (drn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: